Antisipasi Iklim, Kementan Keluarkan 10 Varietas Padi

oleh
oleh

Kementerian Pertanian melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Litbangtan) menghasilkan 10 varietas padi baru sebagai upaya antisipasi dampak perubahan iklim terhadap produksi tpangan <p style="text-align: justify;">Kementerian Pertanian melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Litbangtan) menghasilkan 10 varietas padi baru sebagai upaya antisipasi dampak perubahan iklim terhadap produksi tpangan. <br /><br />Kepada Badan Litbangtan, Haryono di Jakarta, Selasa mengatakan, perubahan iklim yang terjadi saat ini mengakibatkan cuaca ekstrem baik kering maupun hujan yang sulit diprediksi selain itu memunculkan serangan hama. <br /><br />"Oleh karena itu diperlukan benih padi yang tahan terhadap kekeringan, tahan genanangan maupun serangan hama wereng. Pada 2010 Litbang telah menghasilkan 10 varietas untuk antisipasi fenomena tersebut," katanya. <br /><br />Menurut dia, meskipun fenomena perubahan iklim baru dirasakan belakangan ini namun ke 10 varietas padi baru tersebut merupakan hasil penelitian selama enam hingga tujuh tahun. <br /><br />Beberapa varietas padi baru yang dihasilkan Badan Litbang untuk mengantisipasi perubahan iklim tersebut antara lain Inpara yang toleran terhadap rendaman, Inpago yang tahan kekeringan dan Inpari yang tahan terhadap serangan hama tanaman. <br /><br />Pada kesempatan itu Haryono mengatakan, dalam lima tahun terakhir Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan 31 varietas padi unggul baru. <br /><br />Hingga saat ini lembaga penelitian di bawah Kementerian Pertanian itu telah menghasilkan lebih dari 200 varietas padi unggul. <br /><br />Selain menghasilkan varietas padi jenis baru, menurut dia, Badan Litbang juga memperkenalkan kalender tanam yang baru untuk mengantisipasi perubahan iklim tersebut. <br /><br />Kalender tanam tersebut memuat antara lain informasi varietas padi yang sesuai untuk setiap wilayah hingga tingkat kecamatan di seluruh Indonesia, rekomendasi pupuk sertan masa pertanaman. <br /><br />"Kalander Tanam yang ada selama ini memang harus diubah karena perubahan (cuaca) yang dinamis," katanya. <br /><br />Menurut dia, kalander tanam yang baru tersebut memuat 220 zona musim sebagaimana kebijakan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang tersebar di 18 provinsi atau 198 kabupaten. (Eka/Ant)</p>