Apindo Kota Pontianak Dukung Kenaikan Harga BBM

oleh
oleh

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kota Pontianak mendukung rencana pemerintah yang akan menaikkan harga bahan bakar minyak pada April 2012. <p style="text-align: justify;">"Kenaikan harga BBM selayaknya kita dukung sebab itu membantu pemerintah untuk lepas dari beban subsidi BBM Rp57 triliun per tahun dan terus meningkat," kata Ketua Apindo Kota Pontianak, Andreas Acui Simanjaya di Pontianak, Rabu.<br /><br />Dia mengatakan, jika subsidi dilepas dan harga minyak ikut harga minyak internasional maka kelak jika ada gejolak kenaikan harga maka bedanya hanya 2 sampai 3 persen saja kenaikan atau menurunnya dan mudah bagi pengguna untuk menyesuaikan diri. Kondisi itu tidak seperti saat ini setiap ada gejolak harga BBM dunia atau perubahan kurs dolar AS, maka beban anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk subsidi BBM langsung membengkak.<br /><br />"Dengan kenaikan sesuai rencana pemerintah saat ini, sebenarnya setiap isi BBM untuk motor kita hanya perlu menambah Rp3 ribu sampai Rp4 ribu saja dan mobil hanya Rp30 ribu sampai Rp40 ribu saja," katanya.<br /><br />Menurut dia, dengan pengorbanan itu maka kita sudah membantu negara. Sehingga uang yang selama ini untuk keperluan subsidi BBM bisa digunakan untuk kesejahteraan rakyat, misalnya membangun infrastruktur di pedesaan.<br /><br /> "Jika untuk Rp3 ribu sampai Rp4 ribu saja kita tak mau berkorban untuk negara ini, bagaimana mau berkorban selayaknya pahlawan kita yang berbekal bambu runcing berani mengorbankan nyawa demi kemerdekaan negara ini," katanya setengah bertanya.<br /><br />Dia menambahkan, BBM itu hanya salah satu komponen dari biaya produksi dan tidak merupakan komponen utama. Jadi tidak tepat jika kenaikan harga BBM diikuti kenaikan harga produk lain.<br /><br />Namun untuk mengatasi akan adanya kenaikan harga barang-barang lainnya, Acui mengingatkan agar Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pontianak bisa mengajak produsen barang yang menaikkan barang untuk duduk satu meja dan menghitung sesungguhnya berapa rupiah tambahan biaya produksi jika harga BBM naik sesuai harga baru.<br /><br />"Jika ternyata kenaikan ini hanya akal-akalan produsen harusnya dikenakan sanksi sebab bisa dianggap memboikot program pemerintah," kata dia lagi.<br /><br />Dia kembali mengatakan, Apindo Kota Pontianak dalam posisi mendukung kenaikan harga BBM, sebab walaupun ada dampak namun manfaatnya bagi masa depan negara dan rakyat lebih banyak.<br /><br />Apalagi selama ini subsidi BBM hanya menguntungkan segelintir orang yang membeli BBM dengan harga subsidi kemudian menjualnya dengan harga industri, sedangkan masyarakat pengguna sudah terbiasa membeli dengan harga Rp6 ribu di kios pinggir jalan sebab tidak kebagian di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) atau karena tak sanggup antre.<br /><br />Menurut dia, jika pada akhirnya harga BBM naik maka jangan sampai ada kelangkaan dan antrean panjang lagi. "Pertamina harus bisa menjamin pasokan yang cukup sesuai kebutuhan masyarakat," katanya.<br /><br /> Meski setuju dengan kenaikan harga BBM, namun dia mengingatkan agar jangan dibarengi dengan kenaikan tarif dasar listrik (TDL) sebab tentunya dampak psikologisnya tak bagus buat semua pihak.<br /><br />Masih terkait dengan rencana kenaikan harga BBM pada April mendatang, Ketua Apindo Kota Pontianak itu menyarankan pemerintah segera berkoordinasi dengan aparat keamanan agar mempunyai kesepahaman untuk mengamankan SPBU dari segala kecurangan. Terutama yang membeli menggunakan tangki siluman untuk ditimbun dan di jual kembali. Pemda juga harus memikirkan biaya operasional aparat karena ini di luar rutinitas tugasnya.<br /><br />Selain itu, segera lepaskan subsidi dan biarkan harga BBM menyesuaikan dengan harga BBM internasional, karena jangka panjang kebijakan ini akan menyelamatkan keuangan negara sangat banyak dan juga menjaga ketentraman rakyat.<br /><br />Pertamina juga harus mampu membangun pengolahan minyak mentah menjadi bahan bakar siap pakai, jangan menjual minyak mentah kemudian mengimpor kembali bensin, solar, avtur dan lain-lain dengan harga tinggi.<br /><br /> "Hal ini rawan penyelewengan dan posisi tawar pemerintah lemah," katanya menambahkan.<br /><br />Sementara mengenai akan adanya kenaikan harga sejumlah bahan kebutuhan, menurut dia, umumnya kenaikan harga tersebut hanya efek psikologis dan ada pihak yang mengambil kesempatan. <br /><br />"Karena faktanya sebelum benar-benar dinaikkan BBM harga sudah mulai naik. Jadi ini yang harus bisa diatasi pemerintah, ajak produsennya berhitung soal ongkos produksi dan bagaimana proses terbentuknya harga di setiap tingkatan," katanya.<br /><br />Dia mencontohkan untuk harga beras, bisa dihitung ongkos BBM untuk keperluan penggilingan padi dalam memproduksi 1 ton beras, kemudian jatuhnya 1 kilogram beras berapa ongkos gilingnya. Selanjutnya biaya BBM angkutan sampai ke pasar jatuhnya berapa ongkos angkut untuk 1 kilogram beras.<br /><br /> "Jadi kalau 1 kilogram naik sampai Rp1.000, itu rumusnya dari mana?" katanya setengah bertanya. <strong>(phs/Ant)</strong></p>