Armayeh Kembali Berkumpul Dengan Keluarganya

oleh
oleh

Tenaga kerja Indonesia asal Kalimantan Barat yang menjadi korban penyiksaan oleh majikannya di Madinah, Arab Saudi, Armayeh binti Sayuri, kini telah kembali ke keluarganya di Telok Lerang, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya. <p style="text-align: justify;">Armayeh menjadi korban penganiayaan majikan perempuannya yang bernama Hanna Hasyim, seorang anak jenderal di negara tersebut. Saat ini proses hukum terhadap kasus penganiayaan itu masih berlangsung di pengadilan setempat.<br /><br />Armayeh sebenarnya sudah berada di Kalbar sejak sebulan lalu, namun ia baru bersedia bertemu wartawan, Jumat, saat hendak menghadiri undangan Bupati Kubu Raya Muda Mahendrawan.<br /><br />Dia menemui wartawan didampingi anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI dari daerah pemilihan Kalbar, Hairiah yang juga ketua Kaukus Perempuan Parlemen DPD RI.<br /><br />Kepulangan Armayeh ke Kalbar sebelumnya difasilitasi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI). Ia sendiri tiba di Jakarta pada 14 Januari lalu setelah dijemput tim dari Indonesia dan ayahnya, Sayuri.<br /><br />Saat ditemui wartawan, sejumlah bagian tubuhnya masih meninggalkan bekas luka akibat penganiayaan. Pada wajah perempuan yang mengenakan jilbab itu, terlihat bekas-bekas luka yang sudah mengering. Saat mulai mengisahkan pengalaman bekerja di negeri orang dan menjadi korban penganiayaan, ia sempat menangis.<br /><br />"Saya tidak ingin kembali ke sana lagi," katanya.<br /><br />Armayeh menjadi TKI di Madinah melalui jalur resmi. Dia berangkat melalui PJTKI Aji Ayah Bunda Sejati. Meski melalui jalur resmi, namun usianya ketika akan diberangkatkan baru 16 tahun, kemudian ditambah tiga tahun lebih tua.<br /><br />"Saya lahir tahun 1990 tapi diubah menjadi tahun 1987," kata dia lagi.<br /><br />Sementara itu, anggota DPD RI, Hairiah, menyatakan kesediaannya mendampingi Armayeh karena ikatan emosional sebagai warga dari daerah yang sama, yakni Kalbar. Hairiah juga dihubungi Kementerian Luar Negeri yang mengabarkan ada orang dari daerah asalnya yang menjadi korban penganiayaan.<br /><br />Berkaitan dengan kasus tersebut, ia mengatakan memberikan porsi besar karena korban adalah warga Kalbar.<br /><br />Saat ini ia terus berkomunikasi untuk mengetahui perkembangan penanganan hukum terhadap kasus Armayeh yang sudah berjalan hampir setahun. "Saat ini kasusnya belum putusan," katanya.<br /><br />Ia mengatakan, kasus tersebut menjadi pelajaran berharga bagi bangsa Indonesia, bahwa tidak hanya di Malaysia, kasus penganiayaan juga terjadi di Arab Saudi dan untuk bekerja di luar negeri boleh saja asal harus sesuai prosedur.<br /><br />Saat ini Indonesia sedang menghentikan sementara pengiriman TKI ke Arab Saudi, menurut Hairiah itu sangat baik, namun pemerintah juga harus melakukan perbaikan dalam prosedur pengiriman TKI untuk ke depannya.<br /><br />Menurut Hairiah, Armayeh kini sudah mulai dewasa dan bisa menentukan jalan hidupnya ke depan. "Ia tidak mau lagi ke sana, bahkan ia sudah mengingatkan teman-temannya," katanya.<br /><br />Lokasi tempat tinggal Armayeh di desa Telok Lerang, kilometer 33 Sungai Ambawang, merupakan daerah subur yang banyak ditanami padi dan perkebunan karet. Warga setempat, terutama kaum perempuannya dapat mengembangkan usaha pertanian setempat tanpa haru pergi ke luar negeri, kata Hairiah lagi.<br /><br />Meski begitu, satu dari kakak Armayeh yang bernama Armani sudah setahun terakhir bekerja sebagai TKI di Jedah. <strong>(phs/Ant)</strong></p>