Sejumlah petinju dari Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, masih trauma tampil di Samarinda, yang menjadi tuan rumah Kejuaraan Provinsi Tinju Senior dan Junior di GOR Segiri, Samarinda, 19-26 Mei. <p style="text-align: justify;">Pelatih Tinju Penajam Paser Utara, Wasis Aribowo ketika ditemui di Samarinda, Senin, mengatakan anak didiknya trauma dengan kejadian pengeroyokan yang dialami rekannya M Rhamdan pada Pekan Olahraga Provinsi V tahun 2014 di Gedung Graha KNPI Kaltim, Samarinda.<br /><br />Akibat aksi pengeroyokan tersebut, petinju asal Penajam Paser Utara itu mengalami luka sangat serius hingga sempat koma dan harus menjalani rawat inap di rumah sakit.<br /><br />"Terus terang sebelum berangkat mengikuti kejurprov, anak-anak sempat bertanya kenapa di Samarinda lagi, tidak di daerah lain? Saya bilang kita berpikir positif saja, mudah-mudahan semuanya berjalan lancar," ujar Wasis.<br /><br />Menurut Wasis, pada Kejurprov 2015, tim Penajam Paser Utara awalnya berencana mengikuti semua kelas yang dipertandingkan, yakni sekitar 20 kelas, namun karena berbagai pertimbangan, akhirnya hanya sembilan atlet yang didaftarkan.<br /><br />"Dari sembilan atlet itu, hanya tiga atlet yang bermain di kelompok senior, sedangkan sisanya merupakan petinju baru yang akan turun di kelompok junior," imbuh Wasis.<br /><br />Ia berharap panitia pelaksana Kejurprov Tinju bekerja lebih profesional, sehingga tragedi pengeroyokan saat Porprov 2014 tidak terulang kembali.<br /><br />Wasis juga mengingatkan panitia penyelenggara untuk memperbanyak personel keamanan, baik dari kepolisian maupun TNI, sehingga bisa memberikan nuansa aman bagi seluruh peserta.<br /><br />"Sangat disayangkan bila kejadian tersebut terulang, cukup satu kejadian Porprov kemarin saja, dan saya harapkan itu tak terulang lagi di even berikutnya," katanya.<br /><br />Menurut Wasis, ajang olahraga menuntut pesertanya sportif dalam mengejar prestasi juara, bukan untuk unjuk kekuatan di luar pertandingan.<br /><br />"Mudah-mudahan kejadian Porprov kemarin bisa menjadi pelajaran bersama, bukan hanya untuk panitia, namun pelatih, atlet dan ofisial tim harus bisaa menahan diri dan menghormati aturan pertandingan," tegas Wasis. (das/ant)</p>