BKKBN Kalbar Dorong PIK Mahasiswa Di Singkawang

oleh
oleh

Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Kalimantan Barat akan mendorong penguatan pusat informasi dan konseling atau PIK untuk kalangan mahasiswa di Kota Singkawang. <p style="text-align: justify;"><br />"Kalau Pontianak sudah, nanti kami akan dorong di Kota Singkawang," kata Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Kalbar Dwi Listyarwardani di sela-sela Hari Keluarga ke-XIX di Mataram, Jumat.<br /><br />Menurut dia, pembentukan itu bagian dari penciptaan generasi muda yang mampu merencanakan tahapan kehidupannya.<br /><br />Ia menambahkan, setiap tahun ditargetkan terbentuk sekitar 150 pusat informasi dan konseling. "Baik tingkat tumbuh, tegak maupun tegar," kata dia.<br /><br />Ia melanjutkan, saat ini ada kecenderungan tren seks bebas yang terus meningkat. "Tren gaya pacaran anak muda sudah seperti itu," kata Dwi Listyawardani.<br /><br />Ia mengungkapkan, padahal dengan gaya pacaran seperti itu, tidak hanya berisiko memicu kehamilan yang tidak diinginkan. "Juga penyakit menular seksual. Ini yang harus dihindari," katanya menegaskan.<br /><br />Pusat informasi dan konseling menjadi salah satu upaya agar kalangan generasi muda terhindari dari berbagai ancaman tersebut.<br /><br />"Termasuk pengembangan PIK, di kalangan kampus, lembaga sekolah, maupun lembaga agama," ujar mantan Sekretaris Perwakilan BKKBN Provinsi Jatim itu.<br /><br />Sedangkan peran dari BKKBN, memberi pendampingan dan dukungan terhadap pembentukan lembaga yang dikelola remaja itu.<br /><br />"Misalnya peralatan pendukung maupun pelatihan bagi tenaga pendamping yang juga dari kalangan remaja," kata dia.<br /><br />Ia mengakui, masih ada ketertutupan di kalangan masyarakat Indonesia untuk keterbukaan di kesehatan reproduksi maupun seks.<br /><br />"Akhirnya, remaja cenderung mencari referensi yang kurang tepat. Misalnya ke internet, buku bacaan yang cenderung mengeksploitasi, atau teman sebaya yang juga tidak akurat," kata dia.<br /><br />Ia yakin, remaja akan lebih mudah berinteraksi dan terbuka dengan sesama dibanding orang tua sendiri.<br /><br />"Terlebih kalau dengan orang tua kurang akrab. Anak lebih enggan untuk mencurahkan isi hati," kata Dwi Listyawardani. <strong>(phs/Ant)</strong></p>