BLH Mura Uji Sampel Air Diduga Tercemar

oleh
oleh

Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah melakukan pengecekan lapangan terkait pengaduan masyarakat terhadap limbah tambang batu bara yang diduga mencemari Sungai Tuhup, yang melintasi empat desa di wilayah Kecamatan Barito Tuhup Raya. <p style="text-align: justify;">"Air sungai dilaporkan warga diduga tercemar itu kita ambil sampel airnya untuk uji laboratorium," kata Ketua Tim BLH Murung Raya, Gunawan di Puruk Cahu, Rabu.<br /><br />Selain memeriksa kondisi air sungai tim BLH Murung Raya juga memeriksa lubang tambang (fit) di kawasan areal perusahaan tambang PT Asmin Koalindo Tuhup (AKT) yang memiliki akses mengalir ke sungai Tuhup dan simpang sungai Talakon.<br /><br />Beberapa lubang tambang yang berpotensi limbahnya mengalir langsung kedua anak Sungai Barito itu yakni fit 1, fit 2 dan fit 5.<br /><br />Namun dalam pengecekan lokasi tambang PT AKT tersebut para wartawan dari berbagai media tidak diizinkan melihat langsung kondisi lubang tambang yang diteliti tim BLH.<br /><br />"Sangat kami sayangkan padahal keikutsertaan teman-teman media ini diharapkan dapat mengetahui kondisi riil di lapangan dan seberapa jauh limbah yang mengalir ke sungai itu," katanya.<br /><br />Sebelumnya pihak perusahaan yang merupakan investor pemegang izin perjanjian karya pengusahaan pertambangan batu bara berjanji membangun sarana air bersih untuk masyarakat akibat air sungai tercemar, namun hingga sekarang belum ada realisasinya.<br /><br />"Pembangunan sarana air bersih (water treatment) ini akan segera kami realisasikan pada sejumlah desa," kata salah seorang dari manajemen PT AKT, Dodi.<br /><br />Sementara ketika ditanya penyebab keruhnya Sungai Tuhup itu, sejumlah warga sekitar mengenai dengan tegas mengatakan penyebabnya akibat limbah tambang batu bara PT AKT.<br /><br />"Dulu sebelum ada perusahaan air sungai kalau turun hujan memang keruh,tetapi masih bisa digunakan warga, namun setelah ada perusahaan tidak bisa digunakan sama sekali," kata Kepala Desa Tumbang Bauh, Riko, Senada dengan itu, tokoh warga Liang Nyaling, Kedung dan Indo, juga memiliki kesimpulan yang sama terhadap kondisi air sungai didesanya.<br /><br />"Bagaimana mau digunakan kalau airnya keruh kental mirip tanah, dipakai mandi juga tidak bisa, dulu ketika tidak ada perusahaan tidak seperti ini," kata, Indo, tokoh warga yang juga Ketua Badan Perwakilan Desa (BPD setempat itu.<br /><br />Di Desa Liang Nyaling ada 34 kepala keluarga atau kurang lebih 100 jiwa, sehari-hari menggantungkan hidupnya untuk kebutuhan mandi dan cuci serta aktivitas lainnya di Sungai Tuhup. <strong>(phs/Ant)</strong></p>