Bank Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan II Tahun 2013 tumbuh lebih lambat dibanding periode yang sama tahun 2012. <p style="text-align: justify;">Menurut Kepala Perwakilan BI Provinsi Kalbar, Hilman Tisnawan saat dihubungi di Pontianak, Senin, pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan juga lebih lambat dibandingkan triwulan I tahun 2013 yang tercatat sebesar 5,63 persen.<br /><br />Berdasarkan data BI, triwulan II Tahun 2013, perekonomian Kalbar tumbuh 5,46 persen; sedangkan triwulan II tahun 2012, tercatat mencapai 6,08 persen.<br /><br />"Dari sisi permintaan, hal itu dipengaruhi oleh perlambatan investasi dan konsumsi pemerintah," ujar dia.<br /><br />Secara umum, terjadi peningkatan kinerja sektor utama terutama pertanian dan industri pengolahan yang terlihat membaik dibanding periode sebelumnya.<br /><br />Sedangkan pelambatan didorong terutama di sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pelambatan juga terjadi di sektor-sektor lainnya terutama angkutan dan komunikasi serta jasa-jasa.<br /><br />Namun, kata dia, meski terjadi pelambatan, sektor perdagangan, hotel dan restoran turut memberi kontribusi terbesar bersama pertanian dan industri pengolahan yakni 3,56 persen dari angka pertumbuhan keseluruhan pada triwulan II Tahun 2013.<br /><br />"Struktur ekonomi Provinsi Kalbar masih didominasi oleh sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor industri pengolahan," kata dia. Ketiga sektor tersebut membentuk sekitar 59,94 persen terhadap total PDRB, sedangkan sisanya dibentuk enam sektor lain.<br /><br />Sementara untuk inflasi daerah, meski levelnya cukup tinggi dan terjadi penyesuaian harga BBM di akhir triwulan, namun masih relatif terkendali.<br /><br />Laju inflasi triwulanan lebih rendah dibanding sebelumnya, dari 2,09 persen menjadi 1,69 persen. Namun dibanding triwulan yang sama tahun 2012 sebesar 1,42 persen, laju inflasi triwulan II Tahun 2013 lebih tinggi.<br /><br />"Inflasi Kalbar mencapai 6,39 persen, berada diluar kisaran sasaran nasional, 4,5 persen plus minus satu persen," katanya menjelaskan.<br /><br />Laju inflasi cukup terjaga seiring pasokan komoditas bahan pangan yang masih tinggi. Berdasarkan kajian BI, terjaganya pasokan bahan pangan, khususnya bumbu-bumbuan menjadi salah satu faktor penyebab deflasi di kelompok bahan makanan pada triwulan laporan sebesar 0,62 persen.<br /><br />Inflasi triwulan tertinggi yang terjadi pada periode laporan dialami kelompok transportasi sebesar 8,04 persen dengan sumbangan inflasi 1,27 persen. Kelompok lain yang juga cukup tinggi adalah makanan jadi sebesar 0,38 persen dengan laju inflasi 2,11 persen. <strong>(das/ant)</strong></p>
