Ekspor Kalbar Februari Turun 20,51 Persen

oleh
oleh

Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Barat menyatakan, nilai ekspor provinsi itu sepanjang bulan Februari 2015 mengalami penurunan sebesar 20,51 persen, yakni dari sebelumnya 43,74 juta dolar AS menjadi 34,77 juta dolar AS. <p style="text-align: justify;"><br />"Ekspor Kalbar sepanjang Februari 2015 masih didominasi oleh karet, kayu, dan sisa ampas industri makanan," kata Kepala BPS Kalbar Badar di Pontianak, Minggu.<br /><br />Ia menjelaskan, ketiga komoditas tersebut, yakni karet, kayu dan sisa ampas industri makanan menyumbang sebesar 94,61 persen dari total nilai ekspor Kalbar.<br /><br />"Jepang, Korea Selatan, dan Republik Rakyat Tiongkok, merupakan tiga negara tujuan ekspor Kalbar terbesar, yakni masing-masing sebesar 13,54 juta dolar AS; 10,75 juta dolar AS; dan 4,44 juta dolar AS, dengan kontribusi sebesar 82,62 persen," ungkap Badar.<br /><br />Tujuan ekspor Kalbar masih didominasi negara Asia dengan kontribusi sebesar 92,75 persen, sementara ke negara lainnya, seperti Argentina dan Belanda sebesar 2,91 persen, serta 4,34 persen ke negara lainnya, kata Badar.<br /><br />Sementara itu, untuk nilai impor Kalbar sepanjang Februari 2015 juga mengalami penurunan sebesar 2,16 persen, yakni turun dari sebelumnya 31,03 juta dolar AS, menjadi 30,36 juta dolar AS, kata Badar.<br /><br />Ada tiga penyumbang impor terbesar Kalbar, yakni impor kapal laut dan bangunan terapung sebesar 30,16 persen; kemudian impor bahan bakar mineral 24,86 persen; dan mesin-mesin/pesawat mekanik sebesar 20,50 persen atau ketiganya menyumbang sebesar 75,52 persen atau senilai 22,93 juta dolar AS.<br /><br />"Sementara itu, negara Singapura, RRT, dan Malaysia tiga negara Asia pemasok terbesar, yakni sebesar 25,22 juta dolar atau 83,08 persen dari total impor Kalbar," ujar Badar.<br /><br />Dalam kesempatan itu, Kepala BPS Kalbar menambahkan, sebagian besar impor Kalbar berasal dari Asia, yakni sebesar 28,25 juta dolar AS atau sekitar 93,04 persen, sedangkan dari negara lain, yaitu Rusia, AS, dan Australia sebesar 4,74 persen, dan 2,22 persen dari negara lainnya. (das/ant)</p>