Garuda Teken Kontrak Perawatan Pesawat Dengan Nigeria

oleh
oleh

PT Garuda Indonesia menandatangani kontrak penyediaan jasa perawatan, perbaikan dan rekonfigurasi pesawat dengan lima perusahaan penerbangan di Nigeria. <p style="text-align: justify;">Menurut Direktur Utama PT Garuda Indonesia, Emirsyah Satar, kontrak kerja selama tiga tahun itu nilainya 60 juta dolar AS.<br /><br />"Saya gembira, baru saja teken kontrak untuk devisa negara," katanya menjawab pertanyaan wartawan di dalam pesawat Kepresidenan yang membawa Presiden dan rombongan dari Abuja ke Jeddah.<br /><br />Emir menjelaskan, produk jasa berteknologi tinggi Indonesia sudah masuk ke pasar Nigeria. Beberapa perusahaan penerbangan di negara Afrika Barat itu sudah menggunakan jasa Garuda Maintenance Facility (GMF) untuk melakukan perawatan, perbaikan dan rekonfigurasi pesawat. <br /><br />"Pesawat mereka dibawa ke Jakarta untuk pemeliharaan. Bahkan Nigeria minta Garuda bikin hanggar di Lagos," katanya.<br /><br />Menurut Emir, Nigeria yang kini memiliki beberapa pesawat Boeing 747 bisa menggunakan jasa pemeliharaan pesawat dari Indonesia atau negara-negara Eropa yang jaraknya hampir sama. "Ternyata di Indonesia pilihannya," kata dia.<br /><br />Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyaksikan penandatanganan kontrak kerja sama antara Garuda dengan perusahaan Nigeria yang menurut data KBRI di Abuja antara lain terdiri atas Max Air, Kabo Air, Aero Contractors, dan Silver Bird tersebut di Abuja, Nigeria.<br /><br />Duta Besar RI untuk Nigeria Sudirman Haseng mengatakan, Max Air dan Kabo Air yang umumnya membeli pesawat baru dari Jepang biasanya mengirim pesawat mereka ke Indonesia untuk perubahan desain sebelum dioperasikan di Nigeria.<br /><br />"GMF pernah memelihara empat pesawat Max Air dan dua milik Kabo Air. Mereka puas dengan pelayanan Garuda," kata Haseng.<br /><br />Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan penandatanganan kontrak penyediaan jasa perawatan, perbaikan dan rekonfigurasi pesawat itu merupakan "bukti industri pemeliharaan pesawat Indonesia diakui dunia internasional." <strong>(das/antaranews.com)</strong></p>