Harga Gabah Kering Varietas Lokal Terus Melambung

oleh
oleh

Harga gabah kering jenis padi varietas lokal persawahan Gambut, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan belakangan ini terus melambung, hingga berkisar Rp110 ribu -Rp 115 ribu per belek (20 liter). <p style="text-align: justify;">Menurut salah seorang petani Amirullah dari Desa Tatah Pamangkih Baru, Kecamatan Tatah Makmur, Kabupaten Banjar, Kamis, jenis varietas Siam Unus peningkatan harga jualnya dalam dua bulan belakangan ini, dari harga di bawah Rp100 ribu kini mencapai Rp115 ribu per beleknya.<br /><br />"Bagi petani yang menyetok hasil penennya lalu dan dijual sekarang ini lebih 100 persen mendapatkan peningkatan harga dari tahun lalu," ujarnya.<br /><br />Sebab, kata dia, harga gabah kering pada saat musim panen lalu hanya berkisar Rp50 ribu per beleknya, namun kini mencapai Rp115 ribu perbeleknya, dan ini bisa terus melambung dengan banyaknya pesanan di luar daerah.<br /><br />"Tahun lalu harga gabah kering padi jenis Siam Unus ini tertinggi hanya Rp80 ribu per beleknya," ungkapnya.<br /><br />Menurut dia, padi jenis siam unus merupakan padi unggulan lokal di daerahnya, karena butirannya yang lebih besar dari pada padi jenis lainnya, sebagaimana jenis padi unus kuning atau putih.<br /><br />"Kalau padi jenis unus kuning dan putih harga gabah keringnya berkisaran Rp100 ribu perbeleknya sekarang, tapi harga berasnya juga mahal di pasaran," ucapnya.<br /><br />Menurut dia, beras lokal di daerahnya biasanya dikirim ke kabupaten/kota lain, bahkan hingga kepulau jawa.<br /><br />Sebagaimana diketahui, wilayah Kabupaten Banjar di daerah gambut merupakan salah satu wilayah swasembada beras di Kalsel, dan perhitungan jual belinya menggunakan liter bukan kilogram.<br /><br />Mahalnya harga gabah kering padi juga terjadi di daerah Anjir, Kabupaten Barito Kuala (Batola) yang diinformasikan juga mencapai Rp110 ribu perbeleknya.<br /><br />Sebagaimana diungkapkan Ardianyah salah seorang petani di Desa Anjir Sarapat, bahwa beras lokal di daerahnya jenis siam karang dukuh mengalami lonjakan harga jual yang signifikan, bahkan tertinggi dalam sejarah hingga mencapai Rp110 perbeleknya.<br /><br />"Jadi kisarannya, harga beras lokal di daerah kita ini perliternya lebih Rp10 ribu," ujarnya.<br /><br />Saat ini, tutur dia, produksi pertanian padi di daerahnya masih dalam masa tanam yang berusia sekitar 2 bulan, kemungkinan pada Agustus nanti baru masa panen.<br /><br />"Biasanya kalau sudah masa panen harga beras mulai turun, tapi prediksi saya tidak turun begitu signifikan, tetap akan mahal," ujarnya. (das/ant)</p>