Harga Kebutuhan Pokok Masih Tinggi

oleh
oleh

Kenaikan harga sembilan kebutuhan pokok sebelumnya terjadi karena dampak dari pada kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) BBM dari Rp. 6500 menjadi Rp. 8500 perliter. <p style="text-align: justify;">Namun pemerintah kembali mengeluarkan keputusan menurunkan hargta BBM hingga menjadi Rp. 7600 perliternya. Namun, yang terjadi dipasaran Melawi, meskipun harga BBM diturunkan, harga sembako di Melawi masih tinggi.<br /> <br />“Hasil survai pasar awal minggu kemarin, sebagian kebutuhan pokok mengalami masih tinggi dan yang sebagiannya sudah turun,” kata Kepala Dinas Koperasi, Poerindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Melawi, Drs Apelles Itang, ditemui dikantornya, kemarin.<br /><br />Harga bawang merah di pasar Nanga Pinoh melonjak dari dari  Rp 18 ribu perkilogram menjadi Rp 25 ribu per kilogram. Begitu pula dengan ayam potong yang sebelumnya Rp. 35 ribu perkilogram, kini menjadi Rp 38 ribu per kilogram. Barang lainnya mengalami penurunan penyesuaian dengan penurunan BBM lalu.<br /><br />Apelles mengaku heran dengan pasar di Melawi. Ketika harga BBM naik, pasar lokal gaduh untuk menaikan harga barang. Namun, ketika harga BBM turun, tidak ada riak-riak untuk menurunkan harga barang. <br /><br />“Kalau BBM naik, pedagang banyak yang terik mau menyesuaikan kenaikan harga BBM, lantaran harga angkutan meningkat. Tetapi ketika harga naik diam-diam saja,” keluhnya.<br /><br />Upaya untuk menyesuaikan harga terhadap penurunan harga BBM, ungkap Apelles, masih belum ada kebijakannya. Memang selaku instansi teknis, jelas masih menunggu aturan  terkait perunjuk teknis untuk mengatur harga.<br /><br />“Hingga kini masih belum ada petunjuk terkait dengan penyesuaian harga atas penurunan BBM. Kalau untuk operasi pasar, biasanya hanya ada pada saat menjelang perayaan. Ada instruksi dari pemerintah provinsi,” ujarnya.<br /><br />Terpisah, Ketua Kelompok Diskusi Demokrasi Ekonomi dan Pembangunan (Kosdep) M. Darussalam, SE secara alami pedagang akan mencari untung. Hingga wajar kalau harga BBM naik, barang akan ikut mengalami kenaikan. Kalau BBM Turun, harga barang tidak turun. “Itu efek dari harga BBM diserahkan ke pasar,” ujarnya.<br /><br />Lantas diterangkannya, persoalan BBM adalah hal yang sangat strategis bagi sebuah Negara. Mestinya dikelola dan diatur oleh Negara untuk kepentingan rakyat. Bukan malah diserahkan kepada mekanisme pasar.<br /><br />“Yang sakit adalah rakyat. Kalau BBM Naik semua aspek akan naik. ini tidak bisa dielakkan. BBM sebenarnya alat penstabil perekonomian Negara secara umum dan menyeluruh. Kalau Negara ini bermain api dengan BBM, pasti akan terbakar,” paparnya. (Ira/kn)</p>