Indonesia ditunjuk Jadi Fasilitator KTT Iklim

oleh
oleh

Indonesia ditunjuk menjadi salah satu fasilitator untuk melobi negara-negara peserta dalam hal mitigasi dan MRV perubahan iklim dalam negosiasi KTT (COP) ke-16 Perubahan Iklim dari UNFCCC di Cancun, Meksiko. <p style="text-align: justify;">"Harus disyukuri bersama, bahwa Presiden COP-16 (Patricia Espinosa) telah memberi kepercayaan kepada Indonesia, bersama beberapa menteri strategis negara-negara lain, untuk menjadi fasilitator negosiasi dalam pencarian titik temu antara negara-negara kunci," kata Ketua Delegasi RI (Delri), Rachmat Witoelar di Cancun, Meksiko, Selasa (07/12/2010).<br /><br />Tindakan ini dilakukan karena dirasakan oleh Presiden COP ada kecenderungan kuat negosiasi COP akan macet, tambahnya.<br /><br />Presiden COP-16, Patricia Espinosa, secara eksplisit meminta bantuan para fasilitator, untuk memfasilitasi kemajuan negosiasi dalam beberapa isu mengenai mitigasi dan MRV (Measurement, Reporting, and Verification).<br /><br />Delegasi RI melihat penunjukan sebagai fasilitas menjadi penegasan pengakuan dunia kepada peran Indonesia yang mampu melakukan pendekatan konstruktif kepada negara-negara kunci.<br /><br />Sampai hari ketujuh, negosiasi sendiri berjalan alot dan terjadi dinamika seperti pernyataan Jepang dan Rusia yang menolak melanjutkan komitmen penurunan emisi dalam Protokol Kyoto.<br /><br />Isu-isu lain yang masih menjalani perdebatan antara lain adalah pendanaan dengan negosiasi soal pendanaan jalur cepat (fast-track financing), pembiayaan jangka panjang dan pembentukan badan pendanaan baru (a new fund) di bawah mekanisme Badan PBB untuk Perubahan IKlim (UNFCCC).<br /><br />Visi bersama (shared vision) juga menjadi topik yang banyak didiskusikan, terutama mengingat pentingnya hal ini dalam memformulasikan suatu kesepakatan bersama yang visioner dalam jangka panjang.<br /><br />Delegasi RI melihat pembicaraan tentang mitigasi lebih banyak membicarakan soal diferensiasi dan ruang lingkup komitmen mitigasi negara maju, serta aksi mitigasi negara berkembang sebagaimana termaktub dalam Bali Action Plan (BAP).<br /><br />Beberapa negara berkembang juga menyuarakan pendapat mereka soal definisi kerentanan (vulnerability) dalam BAP yang masih belum mewadahi segenap kemungkinan kerentanan iklim yang ada.<br /><br />Delegasi RI mendukung penuh posisi bahwa semua negara pada hakekatnya rentan dalam menghadapi perubahan iklim.<br /><br />"Relevansi hal ini mudah terlihat dalam situasi domestik kita akhir-akhir ini yang berulang kali dilanda peristiwa cuaca ekstrem seperti tsunami dan banjir," kata Rachmat.<br /><br />Adapun keterlibatan para menteri yang hadir terwujud dalam usaha bersama untuk mencari kompromi politis yang nantinya akan dimanifestasikan dalam draft teks negosiasi kedua jalur tersebut. <strong>(phs/Ant)</strong></p>