Jadi Narasumber Seminar, Ini yang Disampaikan Wakil Ketua DPRD Sintang

oleh
oleh

SINTANG, KN – Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sintang mengatakan, secara historis bangsa lndonesia adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), karena dibangun berdasarkan kesepakatan oleh pendiri bangsa.

“Tertanggal 1 Juni 1945, di dalam Pancasila memuat bermusyawarah bermufakat, menata keadilan sosial. Hal ini dalam rumah yang satu yaitu Pancasila,” terang Jeffray Edward saat menjadi narasumber Seminar dan KKR yang diselenggarakan oleh Persekutuan Pelayanan Hamba Tuhan Garis Depan (PHTGD) Kabupaten Sintang, Jumat (18/10/2019), di Balai Pegodai Kompleks Rumah Jabatan Wakil Bupati Sintang.

Pada seminar kali ini, Jeffray menyajikan topik tentang degradasi nilai-nilai Pancasila dalam era teknologi yang berdasarkan Pancasila. Dari itu, ia mengatakan, bahwa dengan kemajemukan dampak teknologi digital, rentan disusupi berita hoax, ujaran kebencian, terpapar faham radikal.

“Artinya jika teknologi yang digunakan tidak bertanggung jawab, bisa menghancurkan persatuan,” terang Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini.

Maka dari itu, kata Jeffray harus bertitik tolak pada empat pilar kebangsaan yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, NKRI.
“Pilar kebangsaan menjadi perekat dalam mempersatukan kita, sebagai bangsa yang besar dalam konteks kemajemukan,” pungkasnya.

Sementara itu, Wakil Bupati Sintang yang diwakili Kepala Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Sintang, Abdul Syufriadi pada seminar itu menyampaikan materi tentang kemajemukan masyarkat dalam bingkai NKRI.

“Pentingnya memelihara kemajemukan bangsa dalam bingkai NKRI. Kemajemukan yang dimaksud yaitu majemuk dalam hal etnis, kultur, asal usul keturunan, bahasa, agama, kebiasaan, ide dan pendapat,” katanya.

Kemajemukan kata Abdul dapat menjadikan bangsa Indonesia kuat bersatu apabila dikelola dengan bijak, dan juga dapat memicu konflik sosial jika nilai toleransi dilanggar.

“Ancamaan disintegrasi bisa terlihat dari beberapa indikasi yaitu munculnya gerakan separatis, konflik sosial, melemahnya kesetiakawanan sosial, muncul abuse of power, ego sektoral, dan globalisasi di era teknologi digital,” terangnya.

Karena itu, kata Abdul harus memanfatkan teknologi dengan tepat guna, tepat sasaran, dengan harapan memberikan sumbangsih konstruktif dalam segala bidang. (*)