Kemendag Cek Harga Gula di Sanggau

oleh
oleh

Guna mengendalikan harga gula pasir/ putih, Kementerian Perdagangan (Kemendag) melakukan pengecekan harga ke Kabupaten Sanggau, termasuk wilayah perbatasan di Entikong. <p style="text-align: justify;">Pengecekan dilakukan setelah kerjasama dengan Induk Koperasi Kartika (Inkopkar) dalam Operasi Pasar Gula Murah. Operasi digelar sejak Januari hingga April 2016 mendatang. Tujuannya adalah menstabilkan harga dan dan menekan serbuan penyelundupan gula import di perbatasan RI dan Malaysia. <br /> <br />‎Pengecekan harga gula dipimpin oleh Kepala Subdit Bahan Pokok dan Barang Strategis Ditjen Perdagangan Dalam Negeri (PDN) Kemendag, Susi Herawati di sejumlah lokasi termasuk Pasar Sentral Sanggau, Jumat (19/2/2016). Dalam peninjauan tersebut, Susi didampingi sejumlah pejabat Dinas Perdagangan Pemprov Kalbar, Dinas Perdagangan Pemkab Sanggau‎ serta distributor gula. <br /><br /><br />Dari hasil pengecekan harga di sejumlah pasar tradisional, petugas dari Kemendag mengaku puas. Operasi pasar terbukti mampu menstabilkan harga di pasaran.‎ Para pedagang yang menjual gula menanggapi positif dengan digelarnya operasi pasar, sehingga mereka bisa menjual gula lebih murah dan kompetitif dengan gula lainnya.<br /><br />"Ya kita dukung operasi pasar ini. Kami bisa jual murah gula juga. Selama ini memang banyak yang jual gula murah, tapi impor. Ini kan murah tapi dari dalam negeri sendiri," kata Mardani , seorang pedagang kelontong di sekitar Pasar Sentral, Sanggau.<br /><br /><br />Menurut Budi Hartono, pemilik CV Agro Abadi, salah satu distributor gula Operasi Pasar Gula di Kalbar, operasi pasar Inkopkar ini berpengaruh signifikan terhadap penurunan harga gula di tingkat eceran. "Sebelum OP dilaksanakan, harga gula antara Rp 13.000-Rp 13.500. Sejak OP digelar, harga tertinggi ditingkat eceran mencapai Rp 12.000 per kilogramnya," kata Budi Hartono. <br /> <br />"Kita sendiri selama Januari-Februari sudah menyalurkan 5.000 ton gula OP. Kebutuhan konsumsi gula perbulannya untuk wilayah Kalbar mencapai 6.000 ton per bulannya," jelas Budi lagi.<br /><br />Sementara agen gula lainnya yang tak mau disebutkan namanya mengatakan, hampir 50 persen gula di Kalbar adalah gula selundupan yang masuk antara lain dari Entikong dan Jagoebabang. Meski penjagaan terus ditingkatkan, namun penyelundup tetap berusaha menembus perbatasan dengan berbagai modus, termasuk modus lama, yakni memanfaatkan Kartu Lintas Batas (KLB). Pemegang KLB di perbatasan Entikong saat ini mencapai 16.000 WNI. Mereka dapat berbelanja kebutuhan pokok di Malaysia maksimal 600 ringgit Malaysia per bulan.<br /> <br />Persoalan maraknya gula selundupan juga diakui oleh Ketua Umum Induk Koperasi Kartika, Brigjen TNI Felix ‎Hutabarat. “Gula selundupan itu merusak tata niaga gula nasional dan merugikan negara karena mereka mengemplang pajak,” ujarnya.<br /> <br />Dalam operasi pasar ini, lanjut Felix, Inkopkar dan Kemendag mendistribusikan sekitar 100.000 ton gula ke sejumlah dareah di Indonesia di luar Pulau Jawa. Harga yang dipatok tertinggi dikisaran Rp 12.000/kilogramnya. "Kalau ada distributor yang menyalahgunakan segera laporkan, kita akan tindak tegas dan segera diputuskan kerjasamanya," ancam Felix yang dihubungi secara terpisah, Jumat (19/2/2016). (Rz)</p>