KPDT Programkan Rumah Layak Huni Di Sambas

oleh
oleh

Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) terus berupaya mengentaskan ketertinggalan melalui berbagai program, salah satunya dengan membantu membangun rumah layak huni untuk masyarakat pedalaman dan pesisir. <p style="text-align: justify;">“Kita punya program membangun rumah layak huni untuk masyarakat selain bedah rumah, setiap tahun diprogramkan dan untuk Kalbar rencananya akan dapat 1000 unit,” kata Staf Asistensi Khusus Menteri PDT, Daniel Johan kemarin (17/7) disela-sela monitoring rencana kawasan sasaran program di Kecamatan Selakau Kabupaten Sambas.<br /><br />Dalam kunjungan itu, selain melihat sejumlah rumah yang masuk kategori layak menjadi sasaran program, Daniel juga menyempatkan diri berdialog dengan masyarakat di beberapa rumah yang dikunjungi.<br /><br />“Saya juga ingin sekalian mendengar apa saja keluhan dan kebutuhan masyarakat di kawasan pesisir yang masuk kategori tertinggal,” tukasnya.<br /><br />Salah seorang warga Desa Parit Baru yang dikunjungi, Matsum (60) mengatakan di rumah beratap daun sagu tersebut, dia tinggal berdua dengan istrinya, keenam anaknya sudah berkeluarga.<br /><br />“Dulu saya kerja kayu, sekarang sudah tidak kerja lagi, kalau anak-anak ada yang jadi kuli bangunan, ada juga yang ke laut,” ujarnya.<br /><br />Lain halnya dengan Walijah (40) yang sehari-hari bekerja membantu pemilik motor air memilah ikan hasil tangkapan dengan pekerjaan sampingan mengolah ikan tangkapan untuk dijadikan ikan asin. Menurutnya hasil dari membantu juragan (sebutan untuk pemilik motor air, red) tidak seberapa, hasil cukup besar diperoleh dari menjemur ikan.<br /><br />“Kalau dapat 10 kilogram ikan asin, hasilnya dibagi dua dengan pemilik,” ujarnya.<br /><br />Untuk menjadikan ikan asin dari jenis ikan bilis yang  lazim dikenal ikan bulu ayam, dia mengatakan hanya perlu waktu satu hari untuk menjemur dengan harga sekilo Rp15 ribu.</p> <p style="text-align: justify;"><img src="../../data/foto/imagebank/20120723120056_11DAE18.JPG" alt="" width="300" height="200" /> <img src="../../data/foto/imagebank/20120723120509_18DD6B2.JPG" alt="" /><br /><br />“Pendapatannya tidak besar, tapi lumayanlah untuk membantu suami,” jelasnya.<br /><br />Dia mengatakan sejauh ini ibu-ibu disekitar tempatnya tinggal rata-rata melakukan hal serupa untuk membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga, namun masih bekerja sendiri-sendiri.<br /><br />“Kami tidak punya kelompok, hasil ikan yang sudah dijemur juga dijual begitu saja, tidak pakai kemasan karena ada penampung yang langsung datang membeli kesini,” ucapnya.<br /><br />Dirumah lainnya, Halijah (80) yang masih bekerja mengolah sawah mengaku hasil padi yang diperoleh dari satu borong (1600 meter persegi, red) sawah paling banyak hanya satu kuintal.<br /><br />“Saya nanam padi tidak pakai pupuk karena tidak ada uang untuk membelinya,” aku dia.<br /><br />Di rumah 5×5 meter beratap daun itu dia tinggal bersama dua orang cucunya, sementara anaknya, ibu dari kedua cucunya itu bekerja di Malaysia. Selama ini kata dia tidak pernah dapat bantuan pupuk maupun pestisida baik untuk membuka lahan maupun membasmi serangan hama.<br /><br />“Kalau sudah di serang empangau (walang sangit, red), syukur-syukur masih ada yang bisa dipanen, hasilnya juga untuk digunakan sendiri, tidak dijual karena kalau harus beli beras kami tak ada uang, paling menunggu kiriman dari anak, itupun tidak tiap bulan,” jelasnya.<br /><br />Sementara tokoh pemuda yang juga pengusaha setempat, Heldi Apin mengatakan ada persoalan lain yang cukup dirasakan berat untuk masyarakat setempat yakni pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) karena semua proses pembuatan KTP sekarang sudah terpusat di ibukota Kabupaten Sambas.<br /><br />“Untuk pergi ke Sambas tentunya butuh biaya yang tidak sedikit sehingga banyak juga warga kita yang tidak punya KTP,” jelasnya.<br /><br />Padahal kata dia KTP itu sangat diperlukan, seperti ketika ada program dari pemerintah untuk membantu masyarakat pesisir meningkatkan kegiatan ekonominya, ketika harus membentuk kelompok, tentunya butuh KTP, atau untuk kebutuhan administrasi kependudukan lainnya. <br /><br />“Kalau tidak berkelompok, bantuan sulit didapat, begitu juga dengan ibu-ibu, paling tidak ketika ada kelompok tentunya akan lebih mudah dapat bantuan atau mengakses modal untuk meningkatkan kegiatan usahanya,” kata dia.<br /><br />Bahkan lanjut dia ketika ada program elektronik KTP, ternyata juga tetap membutuhkan KTP lama yang sudah mencantumkan Nomor Induk Kependudukan (NIK).<br /><br />“Bahkan saya dengar ada yang mau rekam e-KTP disuruh ngurus KTP yang sudah ada NIK nya dulu, berarti ada biaya besar yang keluar karena semuanya harus diurus di Sambas,” imbuhnya.<br /><br />Dari hasil kunjungan itu, Daniel Johan melihat banyak persoalan yang butuh stimulus dari pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir yang masuk kategori daerah tertinggal dan untuk itu butuh kerjasama lintas instansi.<br /><br />“Untuk masalah KTP yang disampaikan masyarakat, saya akan coba sampaikan kepada Bupati secepatnya karena ini menyangkut hak pertama setiap warga negara, kalau bisa ada cara agar masyarakat bisa lebih mudah mendapatkan KTP,” jelasnya.<br /><br />Sementara soal peningkatan kesejahteraan terutama bagi ibu-ibu yang mengolah hasil laut, dia menilai sudah selayaknya dibentuk kelompok sehingga anggota bisa saling bertukar pikiran dan mempermudah pembinaan.<br /><br />“Paling tidak ketika ada bantuan akan mudah diakses, termasuk juga untuk peningkatan kapasitas individu dan usaha yang dijalankan, begitu juga soal alih teknologi pengolahan hasil, sebenarnya banyak hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir,” tukasnya.<br /><br />Dia juga melihat persoalan yang cukup mendasar di kawasan pesisir adalah soal pemenuhan kebutuhan air bersih karena setelah melihat langsung kondisi lapangan dia melihat pemenuhan kebutuhan itu termasuk hal mendesak.<br /><br />“Salah satu hal utama adalah pemenuhan kebutuhan air bersih dan itu sudah menjadi program pemerintah, tentunya hasil pemantauan lapangan ini menjadi masukan yang cukup baik untuk menyusun program di masa yang akan datang,” pungkasnya. <strong>(phs)</strong></p>