Milton : Lambang Negara RI Rancangan Sultan Hamid II

oleh
oleh

Bupati Sintang Milton Crosby menegaskan jika lambang negara burung garuda, aslinya merupakan rancangan Sultan Hamid II, yang meminjam lambang kerajaan Sintang saat ditugaskan Presiden RI Ir.Soekarno untuk mencari ide bagi lambang negara. Namun sejarah selalu menyebutkan jika M.Yamin adalah perancang lambang negara RI <p style="text-align: justify;">Penegasan tersebut kembali disampaikan Bupati disela-sela sambutannya pada pembukaan Orientasi dan Workshop PNPM-PISEW, Rabu (23/02/2011) di Balai Praja Pemkab Sintang.<br /><br />“Pada tanggal 11 Pebruari lalu saya menghadiri seminar di Bandung yang temanya mengenai asal-usul lambang negara RI,”  ungkap Bupati Sintang.<br /><br />Menurut Bupati, selama ini sejarah menyebutkan jika lambang negara burung garuda tersebut merupakan buah pemikiran dari M.Yamin.<br /><br />“Ini perjuangan kita untuk meluruskan sejarah, yang selama ini sudah mendarah daging diseluruh masyarakat Indonesia,” kata Milton.<br /><br />Dari seminar yang dilaksanakan di Bandung tersebut, Milton menjelaskan tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan Hamid II dengan susunan panitia teknis M Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantoro, MA Pellaupessy, Moh Natsir, dan RM Ng Purbatjaraka sebagai anggota. <br /><br />“Panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah,” jelasnya<br /><br />Setelah rancangan lambang negara selesai, sambungnya, untuk melaksanakan keputusan dibuatlah sayembara. Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M Yamin. Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR adalah rancangan Sultan Hamid II. <br /><br />“Karya M Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari dan menampakkan pengaruh Jepang. Rancangan yang dibuat Sultan Hamid II itu diambil dari Sintang,” kata Milton.<br /><br />Menurut Milton, rancangan yang dibuat Sultan Hamid II tersebut dinilai oleh Soekarno telah mewakili seluruh etnis yang ada di Indonesia.<strong> (*)</strong></p>