NKRI Harga Mati Bagi Rakyat Kalsel

oleh
oleh

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan harga mati bagi rakyat Kalimantan Selatan, demikian pernyataan bersama dalam apel peringatan ke-46 gugurnya Pahlawan Ampera Hasanuddin HM, di halaman eks Kampus Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Sabtu. <p style="text-align: justify;">Apel yang diikuti ribuan massa itu, mengawali napak tilas gugurnya Pahlawan Ampera Hasanuddin HM, mahasiswa Unlam, yang gugur 10 Februari 1966 ketika pulang demontrasi dari Kosulat Republik Rakyat Tjina (RRT/RRC).<br /><br />Dalam sambutan pada apel tersebut, Ketua Pengarah Ikatan Keluarga Alumni Unlam, H Gusti Rusdi Effendi, menyatakan, perjuangan Angkatan 66 belum selesai dalam memperjuangkan amanat penderitaan rakyat (Ampera) yang direfleksikan dengan Tri Tura (tiga tuntutan rakyat).<br /><br />Sebagai contoh, lanjut Pemimpin Umum Banjarmasin Post Group, yang juga mantan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kalsel itu, perjuangan perbaikan ekonomi rakyat, yang dalam Tri Tura secara formalitas menutut pemerintah agar menurunkan harga sandang pangan.<br /><br />Sementara sejumlah barang kebutuhan pokok belakangan terus menaik dan perbaikan perekonomian rakyat belum menunjukkan hasil maksimal.<br /><br />Oleh sebab itu, persoalan perekonomian rakyat tetap menjadi tuntutan sejauh belum menampakan perbaikan-perbaikan maksimal dan menjadi tanggung jawab pemerintah sekarang untuk terus memperbaiki, demikian Gusti Rusdi Effendi.<br /><br />Sementara itu, Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unlam, Prof Dr Ir Idianoor MS, meminta mahasiswanya untuk terus meningkatkan prestasi guna pristise dalam keikut sertaan membangun negara dan bangsa Indonesia.<br /><br />Selain itu, mengajak civitas akademikanya untuk terus melanjutkan perjuangan pendahulu, seperti dilakukan Angkatan 66, dalam upaya menyejahterakan rakyat serta menegakan keadilan dan kebenaran.<br /><br />Usai apel napak tilas gugurnya Pahlawan Ampera Hasanuddin mulai Jalan Lambung Mangkurat Banjarmasin depan Bank Mandiri, menuju Pasar Lama, Jl Patjinan Laut (kini Kapt Pere Tendean).<br /><br />Di Jl Patjinan Laut massa yang mayoritas menggunakan jaket warna kuning tersebut mampir sebentar di eks Konsulat RRT (kini Kantor Ajen Korem 101/Antasari), lalu menyebarang Jembatan Coen (Dewi).<br /><br />Selanjutnya massa yang terdiri IKA Unlam, eksponen 66 serta mahasiswa Unlam dan IAIN Antasari Banjarmasin itu menelusuri Jalan Ujung Murung, berkenti sejenak untuk tabur bunga di depan Toko Men Seng.<br /><br />Depan Toko Men Seng yang berada di pertigaan Jalan Pasar Baru dan Jalan Pangeran Samudera Banjarmasin itu, tempat tergeletaknya Pahlawan Ampera Hasanuddin HM, yang kena tembak diduga dari anggota satuan Jon K Kodam Diponegoro Jawa Tengah.<br /><br />Kemudian massa napak tilas kembali ke halaman Bank Mandiri dan dilanjutkan ziarah ke makam Pahlawan Ampera Hasanuddin HM yang makamnya satu komplek dengan Pahlawan Nasional Pangeran Antasari di Jalan Masjid Jamik Banjarmasin.<br /><br />Dalam kegiatan tersebut ikut serta mantan Rektor Unlam Prof HM Kustan Basri, mantan Ketua Presidium Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) Kalsel, H Alwi AS yang juga mantan Ketua Dewan Mahasiswa Unlam 1966, yang sengaja datang dari Samarinda Kaltim. <strong>(phs/Ant)</strong></p>