Pemukiman Transmigrasi Murung Raya Dijadikan Kawasan Wisata

oleh
oleh

Pemukiman transmigrasi di Desa Bahitom, Kecamatan Murung, Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah, mulai 2012 dijadikan kawasan wisata pertanian terpadu. <p style="text-align: justify;">"Lahan pertanian dan palawija ini nantinya dikembangkan sedemikian rupa dengan teknologi tepat guna sehingga mampu menarik untuk dikunjungi sebagai tempat wisata," kata Kepala Dinas Sosial, Transmigrasi, dan Tenaga Kerja Kabupaten Murung Raya Suharto di Puruk Cahu, Selasa.<br /><br />Ia menjelaskan, pertanian di lahan pemukiman transmigrasi itu pada masa mendatang juga memanfaatkan pupuk organik yang bahan bakunya di antaranya hasil peternakan sapi masyarakat setempat.<br /><br />Kawasan transmigrasi di kabupaten paling utara Kalteng itu topografinya berbukit-bukit dengan pemandangan yang indah sehingga potensial dikembangkan menjadi kawasan wisata pertanian.<br /><br />"Saat ini kami sedang melakukan sosialisasi rencana pengembangan kawasan pemukiman transmigrasi itu menjadi tempat wisata dengan warga setempat dan pemerintah daerah," katanya.<br /><br />Suharto mengatakan, untuk mendukung dijadikanya kawasan wisata pertanian itu, pada 2012 Pemerintah Kabupaten Murung Raya memperbaiki ruas jalan kawasan pemukiman transmigasi di wilayah Desa Bahitom, Kecamatan Murung dengan dana sebesar empat miliar rupiah.<br /><br />"Miliaran dana itu untuk merehabilitasi jalan menjadi fungsional, yang saat ini konstruksi jalan masih berupa tanah dalam musim hujan sulit dilalui," katanya.<br /><br />Perbaikan jalan yang dananya dari APBN 2012 itu berupa rehabilitasi jalan poros desa sepanjang enam kilometer dan jalan antarsatuan kawasan pemukiman yakni jalan dari kawasan transmigrasi menuju kampung induk (Desa Bahitom) sekitar 10 kilometer.<br /><br />Kegiatannya, kata dia, di antaranya pemasangan batu (telfot) dan kerikil (okes), pemotongan tanjakan (cutting), dan pembuatan drainase.<br /><br />"Perbaikan jalan ini diharapkan mampu memudahkan akses sesama warga transmigrasi, menjual hasil perkebunan, dan kebutuhan lainnya keluar desa," katanya didampingi Kepala Bidang Pengembangan Transmigrasi, Budiman.<br /><br />Ia menjelaskan, lahan pertanian di kawasan pemukiman transmigrasi yang dihuni sejak 2008 oleh ratusan warga berasal dari luar Pulau Kalimantan dan sebagian lokal itu, sebagian lahan usahanya di saran pemukiman (SP) I ditanami padi ladang atau padi gunung seluas 85 hektare yang saat ini sebagian sudah panen.<br /><br />Tanaman padi ladang yang dikembangkan warga transmigrasi pada musim tanam Oktober-Maret 2011/2012 itu, kata dia, varietas lokal dan unggul nasional yaitu talun dan situbagendit yang memang cocok ditanam di kabupaten paling pedalaman Sungai Barito itu.<br /><br />"Kita harapkan tanaman padi ladang yang sudah ditanam sejak dua tahun lalu ini terus dikembangkan warga, di samping komoditi lainnya yang lebih luas sehingga mampu memenuhi kebutuhan padi di daerah ini," katanya.<br /><br />Ia menjelaskan, selain menanam padi ladang, warga transmigrasi itu juga mengembangkan tanaman sayur-sayuran dan palawija di antaranya lombok, buncis, terong, sayur manis, kacang panjang, jagung, dan kedelai.<br /><br />Hasil pertanian masyarakat tersebut mampu memenuhi kebutuhan sayuran warga Puruk Cahu, di samping pasokan dari luar daerah lainnya.<br /><br />Selain itu, ratusan keluarga transmigrasi itu mulai 2010 mengembangkan tanaman karet seluas 225 hektare.<br /><br />"Kita harapkan perkebunan karet ini mampu meningkatkan perekonomian warga trans, selain mengusahakan sayur-sayuran dan hasil pertanian lainnya," kata dia.<br /><br />Lokasi transmigrasi di kabupaten yang kaya sumber daya alam berupa tambang emas, batu bara, dan kayu itu seluas 1.214 hektare tersebar di wilayah tersebut.<br /><br />Lokasi yang mulai dibuka 2008 itu, telah ditempati 200 keluarga yakni 100 keluarga berasal dari warga lokal dan 100 keluarga lainnya transmigran berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT), Lampung Utara, Kebumen, Tangerang, dan Jakarta.<br /><br />Pada 2009, kabupaten satu-satunya di Kalimantan Tengah yang dilintasi garis khatulistiwa itu menambah penghuni di lokasi itu sebanyak 100 keluarga transmigran berasal dari Lampung Utara dan Kebumen, Jawa Tengah, masing-masing 25 keluarga, dan 50 keluarga lainnya berasal dari warga setempat. <strong>(phs/Ant)</strong></p>