Perhiptani: Penyuluh Jangan Dipolitisasi

oleh
oleh

Ketua Dewan Pembina Perhimpunan Penyuluh Pertanian Indonesia (Perhiptani) meminta para elite tidak mempolitisasi para Petugas Penyuluh Pertanian (PPL), jika hal itu dilakukan maka akan berakibat fatal dan melenceng dari tugas semestinya. <p style="text-align: justify;">"Kami berharap penyuluh jangan dipolitisasi. Penyuluh itu profesional. Kalau dipolitisasi, maka niatnya akan berubah sehingga program juga akan berubah," kata Ketua Dewan Perhiptani Pusat Jafar Hafsah di sela Simposium Penyuluh Pertanian Indonesia dalam rangkaian Pekan Nasional (Penas) XIII Petani Nelayan di Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara, Kaltim, Minggu.<br /><br />Jafar yang juga Ketua Fraksi Partai Demokrat Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI ini melanjutkan, jika penyuluh dipolitisasi dan programnya juga berubah, maka upaya untuk mewujudkan swasembada pangan akan sulit tercapai.<br /><br />Penyuluh, ujarnya, memiliki peran penting dan strategis dalam upaya meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian dalam arti luas bagi bangsa dan negara, sehingga perlu didorong terus agar tetap berada di jalur yang semestinya untuk peningkatan kualitas pertanian.<br /><br />"Tenaga ini bermitra dengan petani di dalam transfer teknologi guna menerapkan inovasi-inovasi baru, pemanfaatan teknologi di dalam usaha tani, hingga mengembangkan cara-cara entrepreneur (pengusaha)," ujarnya.<br /><br />Dia menambahkan, pemerintah baik pusat, provinsi maupun kabupaten dan kota diharapkan memberi dukungan dengan melengkapi dan menambah jumlah penyuluh baru. Penyuluh juga harus ada lembaganya dalam menjalankan fungsi pelayanan kepada petani dan dukungan infrastruktur.<br /><br />Dengan tenaga penyuluh yang berkualitas dan ketersediaan sarana maupun prasarana memadai yang mengakomodir seluruh desa, diharapkan tercipta produk berupa peningkatan produktivitas dan kesejahteraan petani.<br /><br />Menurut dia lagi, pada 2011 Kementerian Pertanian telah menetapkan target produksi padi 70,60 juta ton gabah kering giling, jagung 22 juta ton pipilan kering, kedelai 1,56 juta ton pipilan kering, daging sapi 439.000 ton dan gula mencapai 3,86 juta ton, ini dilakukan guna menuju tercapainya swasembada dan swasembada berkelanjutan.<br /><br />Pada hari ke-2 agenda Penas XIII ini, sejumlah tokoh penting nasional tampak menghadiri pertemuan Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA), di antaranya Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Malaranggeng, Menteri Pertanian Suswono, dan Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Prabowo Subianto. <strong>(das/ant)</strong></p>