Pertahankan Budaya Albarjanji

oleh
oleh

Albarzanji kemungkinan sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat. Namun budaya tersebut kini, sudah jarang ditemui di masyarakat, terutama di kalangan masyarakat Melayu di Melawi. <p style="text-align: justify;">Pemerhati Budaya Melayu Melawi, H. Akhmaddin mengatakan. Alabarzanji dalam kontek kebudayaan sudah menjadi hal yang mengakar di masyarakat Melayu khususnya. Namun seiring perkembangan zaman, Albarzanji yang masuk dalam kategori seni budaya Melayu itu, mengadpsi dari seni arab.<br /><br />“Di masyarakat sendiri, Albarzanji sebetulnya tidak hanya digunakan pada saat acara gunting rambut. Namun di tempat Kami di Ella, juga biasa digunakan pada saat akhir acara pernikahan dan acara selamatan kandungan,” ucapnya saat ditemui di Kantor Bupati Melawi, Selasa (15/11).<br /><br />Secara detil, Akhmaddin mengatakan, pelaksanaan albarzanji dalam acara gunting rambut anak sendiri ada dua macam. Namun yang lebih sering acara ini diawali dengan membaca Albarjanji. Kemudian dilaksanakan dengan gunting rambut. <br /> <br />“Setelah baca Albarzanji, kemudian shalawat. Mulailah cara pengguntingan rambut. Yang mana pada saat memotong rambut itu,ayahnya atau keluarganya menggendong bayi, dan satu lagi membawa perlengkapannya seperti kelapa yang sudah dibuka dan masih berisi air. Kemudian daun sirih, gunting dan beras kubing,” terangnya.<br /><br />Akhmaddin menjelaskan, kelapa muda untuk menyimpan sisa guntingan rambut. Dimana didalam kelapa itu sendiri masih ada airnya. <br /><br />“Nah, air kelapa itu diibaratkan air yang dingin dan belum terkontaminasi, sehingga masih jernih. Kemudian kelapa juga diibaratkan agar anak yang rambutnya dipotong bisa tumbuh subur bagaikan pohon kelapa,” ucapnya.  <br /><br />Sementara Daun sirih, lanjutnya, digunakan untuk mengelas rambut. Pada daun sirih ini sendiri memiliki banyak manfaat didalam kehiupan dan kesehatan. <br /><br />“Sehingga daun sirih itu diibaratkan obat untuk kesehatan dan juga sebagai pembersih,” ujarnya. <br /><br />Kemudian, gunting digunakan sebagai alat pemotong rambut. Dimana selin itu juga sebagai besi yang diibaratkan untuk pengeras. <br /><br />“Jadi pengeras itu agar anaknya tegar dalam menghadapi segala ujian dan cobaan,” paparnya<br /><br />Selanjutnya, beras kuring, tambahnya, digunakan untuk menabur bagian kepala anak. Dimana diibaratkan sebagai untuk penyemangat anak, dan agar anak bisa selalu brmanfaat bagi umat manusia. <br /><br />“Bagaikan beras yang selalu dikonsumsi manusia sehari-hari,” jelasnya. <br /> <br />Sementara yang lainnya, kata Akhmaddin, seperti telur bingkisan, itu hanya tambahan ungkapan terimakasih dan rasa syukur kepada yang maha kuasa, serta kepada keluarga yang turut memberi do’a restu.<br /><br />“Jadi itulah penjelasannya yang saya ketahui. Nah, budaya ini semakin berkembangnya zaman semakin tenggelam. Jadi ini harus kita pertahankan sebagai salah satu budaya di Indonesia khususnya di Melawi. Lembaga yang mengembangkan buday-budaya di Melawi inipun diharapkan bisa terus berkembang dan terus mengembangkan budaya yang ada,” pungkasnya. (KN)</p>