Petani Sampit Kesulitan Memasarkan Nanas

oleh
oleh

Petani nanas di Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah kesulitan memasarkan nanas hasil panen kebun mereka, bahkan tidak jarang nanas tersebut akhirnya membusuk karena tidak terjual. <p style="text-align: justify;">"Kalau pas panennya berbarengan, nanas yang masak itu terkadang bisa sampai busuk karena tidak terjual lantaran petani nanas di daerah ini kesulitan akses pemasaran," kata Yono, salah satu pemilik kebun nanas di Sampit, Selasa.<br /><br />Nanas yang dihasilkan petani Sampit sudah terkenal karena rasanya enak dan ukurannya besar. Sayangnya karena keterbatasan akses pasar, selama ini petani hanya menjualnya di pinggir jalan atau ke sejumlah pasar di Kotim.<br /><br />Nanas dijual dengan harga bervariasi antara Rp2.000 hingga di atas Rp10.000. Bahkan nanas ‘bandara’ yang dihasilkan petani di sekitar Bandara H Asan Sampit, ada yang dijual Rp15.000 per buah.<br /><br />Hingga saat ini belum ada varian turunan produk nanas seperti makanan atau camilan nanas yang dibuat oleh petani setempat karena keterbatasan modal dan keterampilan.<br /><br />Hasilnya, nanas yang dipanen langsung dijual tanpa ada keinginan untuk mengolahnya menjadi produk makanan.<br /><br />"Buah nanas ini kan sifatnya tidak mengenal musim, jadi waktu penanamannya saja yang diatur sehingga panennya bisa terus-terusan. Tapi yang sedih itu kalau pas panennya berbarengan menyebabkan harga anjlok," sambung Yono.<br /><br />Petani nanas berharap pemerintah daerah membantu dalam hal pemasaran sehingga hasil panen nanas setempat bisa terjual seluruhnya sehingga petani juga mendapat penghasilan yang lumayan.<br /><br />Sebenarnya banyak produk turunan yang bisa dihasilkan dari bahan dasar nanas, seperti selai, keripik, dodol dan penganan lainnya. Jika bisa diwujudkan, produk makanan ringan tersebut bisa menambah nilai tambah bagi petani nanas. <strong>(das/ant)</strong></p>