Petani Sawit Keluhkan Harga TBS Sawit yang Anjlok

oleh
oleh

MELAWI – Sejumlah petani sawit di Melawi mengeluhkan anjloknya harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di tingkat petani belakangan ini hingga diangka Rp 850 per kilogram. Menurut sejumlah petani, melorotnya harga sawit tersebut akibat dari dampak rencana Uni Eropa memboikot produk Crude Palm Oil (CPO) Indonesia dan Malaysia.

Seorang petani sawit Melawi, Saibun Sibarani, mengatakan, turunnya harga TBS tersebut dikarenakan penjualan ke pabrik kelapa sawit (PKS) juga turun. Harga normal sebelumnya Rp 1800 sampai 1750. Harga ini cukup memukul kalangan petani sawit, meski harga terjun bebas petani meski harga yang ditawarkan cukup murah.

“Kalau kami tidak jual buah sawit, kerugian akan semakin besar, buah pun jadi busuk, makanya kami tetap jual meski harganya murah,” katanya, saat ditemui sejumlah wartawan, Jumat (19/10).

Lebih lanjut Ia mengatakan, pada saat ini sejatinya petani sawit sedang panen raya karena sedang musim penghujan. Namun kondisinya berbanding terbalik dengan harga TBS yang hanya dihargainya Rp 850 per kilogram.

“Biasanya dompet saya tebal, namun sekarang tipis benar, jadi kondisinya memang sangat berubah drastis, tapi kita tetap harus jual daripada rugi besar,” ujarnya.

Terpuruk harga kepala sawit saat ini ternyata membuat petani di Melawi cukup resah. Padahal, cukup banyak petani karet yang beralih kebun ke petani sawit, karena menganggap kepala sawit ccukup menjanjikan dan dapat menopang perekonomian keluarga.

Namun yang terjadi tidaklah sejalan dengan apa yang diharapkan petani, isu rencana Uni Eropa memboikot produk CPO Indonesia dan Malaysia terjadi membuat harga sawit di Indonesia belakangan ini terjun bebas.

“Kita berharap harga sawit ini bisa naik dan normal kembali. Sebab jika harga sawit anjlok, bahkan ke harga yang lebih murah lagi, maka akan banyak kebun sawit yang tiak terurus, karena tak mampu membiayai perawatannya,” pungkasnya. (Ed/KN)