Piala Dunia – Kerusuhan Di Buenos Aires Setelah Argentina Kalah

oleh
oleh

Polisi anti huru-hara Argentina menembakkan gas air mata dan menyemprotkan air pada Minggu untuk memecah konsentrasi puluhan pemuda yang melemparkan batu dalam kerusuhan di Buenos Aires setelah kekalahan Argentina di Piala Dunia 2014 di Brazil. <p style="text-align: justify;">Impian rakyat Argentina menantikan gelar juara dunia selama 28 tahun harus pupus setelah timnas mereka kalah 0-1 dari Jerman di laga final.<br /><br />Para orang tua berpegangan dengan anak-anak mereka berlarian dari monumen ikonis Obelisk di mana puluhan ribu orang berkumpul ketika puluhan pemuda membuat kegaduhan dan mengejek petugas keamanan setempat dan berusaha untuk merobohkan pagar besi di depan sejumlah toko, demikian yang terekam di televisi.<br /><br />Sedikitnya 15 petugas kepolisian terluka dan 50 orang ditahan dalam kerusuhan yang diakibatkan kekalahan 0-1 atas Jerman itu, media setempat melaporkan.<br /><br />Penyerang Jerman Mario Goetze membuat gol lewat tendangan voli di babak perpanjangan waktu dan membungkam suporter argentina, setelah menit terakhir berakhir, jutaan pendukung Argentina bersedih merenungkan kekalahan negaranya.<br /><br />"Suatu tamparan lagi di muka. Tidak ada lagi suka cita, namun kami keluar sebagai runner-up dan kami tidak malu di Brazil," kata Eduardo Manfredi (40).<br /><br />Harapan 40 juta orang ditumpukan ke pundak Lionel Messi, yang meraih penghargaan Bola Emas sebagai pemain terbaik Piala Dunia, dan juga kepada Sergio Romero.<br /><br />Beberapa jam sebelum pertandingan mulai, para pendukung Argentina memadati jalanan ibukota negara mereka dengan meniupkan vuvuzela dan membunyikan drum, sementara sebagian dari mereka mendandani anjing-anjing mereka dengan baju bermotif garis-garis motif kebanggaan timnas mereka.<br /><br />Perjalanan Argentina ke Piala Dunia 2014 meredam media setempat yang halaman utamanya selalu didominasi oleh krisis utang, inflasi tinggi dan skandal politik.<br /><br />"Saya sangat berduka, sulit untuk menjelaskannya," kata tukang kayu Luiz Lanzzoni (56).<br /><br />Pemain tengah Argentina Javier Mascherano merasakan pahit yang sama seperti yang dirasakan negaranya.<br /><br />"Kami terpukul," kata dia. "Kami telah mengeluarkan segala kemampuan kami dan kami meminta maaf kepada masyarakat yang telah datang dan mereka yang berada di Argentina." "Cukup sederhana, terima kasih" Kerusuhan di pusat kota Buenos Aires membuat muram hari yang seharusnya digunakan untuk berpesta.<br /><br />Puluhan ribu pendukung sebelumnya memadati kawasan monumen Obelisk mengibarkan bendera negara, berniat untuk melakukan pesta selebrasi jika menang di tanah seteru abadi mereka, Brazil.<br /><br />Para pendukung menaiki halte dan memanjat tiang lampu seraya menyerukan "Argentina, Argentina" dilatari oleh bunyi ledakan kembang api di atas kepala mereka.<br /><br />Sebagai negara yang mengalami pertentangan politis dengan kepemimpinan presiden Cristina Fernandez dan pendahulunya, mendiang suami Fernandez yaitu Nestor Kirchner, timnas sepakbola Argentina adalah pemersatu yang langka.<br /><br />"Saya merasa bangga sebagai orang Argentina. Memakai kaos ini di hari pertandingan final adalah hal yang tak ternilai," kata seorang mahasiswa Marcelo Dailoff. "Para pemain membawa suka cita kepada Argentina setelah penantian lama. Cukup sederhana, terima kasih." Para pendukung cukup lega melihat timnas mereka tidak dipermalukan seperti sang tuan rumah Brazil. Jerman membuat tujuh gol di gawang Brazil di laga semifinal.<br /><br /&gt;Messi dan kawan-kawan dijadwalkan untuk kembali ke Buenos Aires pada Senin.<br /><br />"Para pemain telah mengerahkan segala kemampuan di pertandingan, hati dan jiwa mereka. Mereka kalah dengan cara yang terhormat, tidak seperti Brazil yang hancur berkeping-keping," kata Lorena Hak (32).<br /><br />"Saya akan menuju ke bandara untuk menyambut mereka dan berterimakasih kepada mereka untuk semuanya, mereka pantas menerimanya," katanya.<strong> (das/ant)</strong></p>