Proyek Akhirat Tolak Bantuan PU Propinsi

oleh
oleh

Ditengah teriknya matahari, belasan sopir angkot dalam Kota Sintang menambal beberapa lubang di dalam Kota Sintang. <p style="text-align: justify;">Menggunakan campuran semen, pasir dan batu para sopir ini menambal lubang-lubang mengangga yang mengincar korban. Dalam aksi mereka selalu menggunakan plang bertuliskan Forum Sopir Angkutan Kota Sintang Proyek Swadaya Amal Akhirat Tambal Sulam.<br /><br />Inisiatif ini timbul karena lubang-lubang itu sudah beberapa kali menelan korban, bahkan tidak hanya luka ringan, pernah terjadi luka berat bahkan ada yang meninggal. Tidak ingin korban terus berjatuhan forum sopir ini menambal lubang-lubang itu dengan swadaya.<br /><br />Untuk melancarkan aksinya, Yudi Syaputra koordinator melakukan penggalangan, meminta bantuan dari para pemakai jalan dan beberapa instansi. Ketika mereka menghubungi Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Unit Pemeliharaan Jalan Jembatan, mereka akan diberikan bantuan material berupa batu, tetapi dengan syarat harus melepaskan plang tulisan Forum Sopir Angkutan Kota Sintang Proyek Swadaya Amal Akhirat Tambal Sulam. <br /><br />“Karena UPJJ Dinas PU Propinsi meminta melepaskan plang itu, kami tidak mau menerima bantuan. Karena kami mengerjakan ini tanpa mendapat imbalan dan dapat menerima bantuan tanpa adanya kepentingan. Oleh karena itu bantuan yang kami terima dari para pemakai jalan tanpa adanya iming-iming,” ucapnya.<br /><br />Menurut Yudi, hingga kini organisasi itu sudah melakukan penambalan lubang berskala besar sedikitnya belasan lubang. Untuk lubang kecil menurut pria ini tidak mereka hitung. Dan setiap lubang besar yang ditambal, menghabiskan semen antara 8-12 zak.<br /><br />“Tenaga secara swadaya dilakukan oleh para sopir ini, hanya untuk kebutuhan material karena keterbatasan dari para sopir, kami menggalang dari para pemakai jalan dan pemilik usaha besar di Kota Sintang. Sebelumnya semen, pasir, dan batu dikeluarkan para sopir,” imbuhnya.<br /><br />Ketua Forum Sopir Angkutan Kota Sintang, Busrah Effensi Liuw mengatakan penggalangan ini tidak mudah, karena tidak semua pemilik usaha besar merespon niat tulus ini. Dicontohnya, seperti pemilik SPBU Melawi Timur, Alvon Mentang ketika akan menambal lubang besar di depan SPBU, mereka coba mengontak handphone sang pemilik, telepon tidak diangkat pesan singkat yang dikirim tidak dibalas.<br /><br />“Dari kejadian ini, kami menjadi semakin hati-hati. Ada yang tidak merespon, ada yang merespon tetapi dengan tuntutan. Semua menjadi catatan bagi kami, karena aksi ini dilakukan tanpa adanya niat macam-macam. Selama ini, pemerintah selalu berdalil bahwa kewenangan, anggaran dan berbagai alasan lain. Setelah korban berjatuhan langkah pemerintah kami nilai masih lamban,” kritiknya. <strong>(phs)   </strong> </p>