Tak Diberi “Jatah”, Oknum Panitia Batalkan Pertunjukan Tatung

oleh
oleh

Perayaan Imlek bersama tahun 2562, pada Kamis (17/02/2011) lalu di Bumi Senentang menoreh kekecewaan, pasalnya atraksi tatung yang ditunggu-tunggu secara mendadak dibatalkan panitia. Bukanya hanya pembatalan yang dikecewakan penonton, namun panitia juga menyebut bahwa tatung bukanlah budaya tionghua sehingga tidak perlu buat diadakan. Padahal penonton dan masyarakat yang mengikuti imlek bersama yang juga dihadiri Bupati Sintang ini, atraksi tatung sangat ditunggu-tunggu. <p style="text-align: justify;">Menurut salah seorang panitia, Surimito sebelumnya berdasarkan rapat sempat dibahas akan dilaksanakan atraksi itu, bahkan dalam proposal acara, disebutkan akan ada atraksi tatung yang langsung diambil dari Kota Singkawang. Dalam proposal yang dianggarkan kebutuhan dana sebesar Rp 50 jutaan, termasuk diantaranya masuk anggaran untuk mendatangkan rombongan pemain aktraksi tatung sebesar Rp 15 juta.<br /><br />Pria yang akrab disapa Akong ini, menceritakan ketika proposal dibawakan kepada masyarakat Tionghua, untuk meminta dukungan pendanaan secara spontanitas masyakarat beretnis Tionghua memberikan dukungan, bahkan dalam prakteknya, dana yang diterima jauh melebih jumlah kebutuhan.<br /><br />“Dana yang kami dapat sedikitnya sebesar Rp 70 juta. Besarnya animo warga Tionghua membantu pelaksanaan ini, salah satu minatnya adalah karena didalam proposal akan ada pertunjukan tatung, namun alangkah kecewanya masyarakat ketika pertunjukan itu secara sepihak dibatalkan oknum panitia,” ucapnya.<br /><br />Anoi seorang ibu salah satu penonton, juga merasa kecewa, pasalnya selama ini jika ingin menyaksikan atraksi tatung harus ke Kota Singkawang. Ibu yang beretnis Tionghua ini menyebut bahwa dirinya sangat menantikan atraksi itu, karena untuk pergi ke Kota Singkawang dibutuhkan dana yang tidak sedikit, sehingga ketika acara yang dinanti ini dibatalkan oknum panitia dirinya sangat merasa kecewa.  <br /><br />Kabar yang berkembang bahwa pembatalan atraksi tatung, bahkan disebutkan dua orang oknum panitia didepan pentas pertunjukan berkaitan dengan permintaan jatah oknum panitia kepada team tatung yang akan melaksanakan atraksi. Didalam proposal, disebutkan dana Rp 15 juta dianggarkan untuk atraksi itu, sehingga salah seorang panitia, mendatangi team dan meminta menyisihkan dana dari Rp 15 juta buat dirinya pribadi.<br /><br />Permintaan ini serta merta ditolak oleh salah seorang pemain tatung bernama Akiong, alasanya dana Rp 15 juta itu, akan habis semua untuk kebutuhan pertunjukan. Dirincikannya bahwa kebutuhan untuk transportasi pulang pergi, kebutuhan pembelian alat atraksi, kebutuhan akomodasi dan kebutuhan lainnya. Sipu sapaan Akiong menyebut, bahwa ketika pertemuan dengan oknum panitia ini, permintaan jatah itu ditolak. Meski sempat diancam, bahwa jika tidak memberikan jatah kepada oknum panitia itu, maka pertunjukan atraksi tatung ditiadakan Sipu tetap bersikeras untuk tidak akan memberikan jatah.<br /><br />“Ketika oknum panitia mendatangi saya dan meminta persen dari anggaran Rp 15 juta, langsung saya tolak, sehingga dalam pembicaran itu tidak sempat diutarakan besarnya jatah yang diinginkan. Konon dengan tidak akan diberikan jatah ke oknum panitia ini, maka atraksi tatung ditiadakan, bahkan disebut bahwa barongsai dan tatung bukan merupakan budaya tionghua,” ucap Sipu.  <br /><br />Dalam ancaman oknum panitia itu, menurut Sipu menyebutkan jika oknum panitia itu tidak membubuhkan tanda tangan maka siapa pun tidak akan dapat melaksanakan pertunjukan atraksi tatung di Kabupaten Sintang. Biar Bupati pun yang tanda tangan tidak akan dapat dipertanggungjawabkan untuk atraksi tatung.<br /><br />“Saya sangat kecewa sekali dengan oknum panitia itu, karena dirinya ingin mengambil keuntungan dan tak kala tidak diindahkan maka pertunjukan ini ditiadakan, padahal kami dari para pemain tidak memikirkan keuntungan,” pungkas Bong Sui Kiong pria ini.<strong>  (phs)</strong></p>