Upacara Ceng Beng, Tradisi Tioghoa Yang Tak Tergerus Zaman

oleh
oleh

Pukul 06.00 WIB, areal pekuburan Tionghua di pinggir jalan trans Madya, Seberang Kapuas Kecamatan Sekaadau Hilir, sudah ramai dikunjungi para kerabat. <p style="text-align: justify;">Bukan dalam suasana duka, warga menggelar upacara Ceng Beng tradisi Masyarakat Tionghoa yang masih kental, mesti sudah zaman modern.<br /><br />Setiap tanggal 10 bulan pertama tahun Imlek 2566 bertepatan dengan upacara Ceng Beng atau ziarah makam bagi umat Tionghoa. Umumnya, sanak kerabat akan datang ke areal pekuburan beramai-ramai untuk mendo’a kan dan bersih-bersih makam.<br /><br />Puluhan keluarga terlihat mengerumuni areal pekuburan Tionghua Desa Seberang Kapuas. Orang-orang ini sibuk mempersiapkan upacara di pemakaman keluarga masing-masing. Mesti cuaca huja, para keluarga yang sudah terlanjur basah tetap melanjutkan ritual.<br /><br />Ceng Beng (Qing Ming) secara harfiah dapat dartikan sebagai hari yang cerah dan cemerlang. Ceng Beng ditetapkan lima belas hari setelah Chunhun. Peringatan ini belakangan memang identik dengan ziarah makam. Tradisi inipun sudah ada sejak jaman dinasti Qin. Kini masih tetap dilestarikan.<br /><br />Peringatan Ceng Beng biasanya dilengkapi dengan atribut seperti dupa, uang-uangan (uang hantu), duplikat perhiasan, pakaian, buah-buahan serta lauk pauk. Atribut-atribut tersebut akan dibakar. Dengan dibakar, dipercaya akan sampai ke arwah leluhur yang sudah meninggal. Umat Tionghua juga akan mengadakan sembahyang di kuburan para leluhur.<br /><br />Umat Tionghua memang dikenal sangat menghormati leluhur, sekalipun sudah meninggal. Itu mengapa setiap perayaan Ceng Beng, pihak keluarga yang berdomisili di tempat yang jauh pun akan datang untuk ikut dalam ritual.<br /><br />“Ya hari ini agak lambat karena hujan turun dari tadi malam. Tapi upacara tetap harus dilaksanakan sekalipun hujan. Hanya agak terlambat saja dari yang sudah-sudah,” ujar Akhun, salah seorang warga yang ikut dalam upacara Ceng Beng.<br /><br />Ceng Beng dirayakan dua kali dalam setahun. Selain sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur serta menjaga tradisi, kegiatan ini dipercaya mampu membawa berkah bagi keluarga.(Mto/Kn)</p>