Usia Mempengaruhi Kwalitas Sel Telur Wanita

oleh
oleh

Dokter spesialis kandungan dr Budi Wiweko SpOG mengatakan seiring dengan bertambahnya usia seorang perempuan, kemampuannya dalam memproduksi sel telur dengan kualitas dan kuantitas yang baik akan semakin menurun. <p style="text-align: justify;">Dokter spesialis kandungan dr Budi Wiweko SpOG mengatakan seiring dengan bertambahnya usia seorang perempuan, kemampuannya dalam memproduksi sel telur dengan kualitas dan kuantitas yang baik akan semakin menurun.<br /><br />"Hal ini dihubungkan dengan usia kronologis ovarium yang dihitung sejak kehidupan intra uteri, dengan usia biologis ovarium yang lebih menggambarkan cadangan ovarium dan responnya terhadap stimulasi ovarium. Dengan demikian usia kronologis ovarium bisa saja berbeda dengan usia biologisnya," katanya di Medan, Jumat.<br /><br />Berbicara pada media edukasi di Medan, dokter kandungan dari klinik Yasmin Kencana Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) ini mengatakan, pada studi yang dilakukan oleh para konsultasn di Klinik tersebut, ditemukan bahwa walaupun usia kronologis merupakan prediktor fertilitas dan respon ovarium atau indung telur yang sangat penting, ternyata angka penuaan reproduksi sangat bervariasi diantara individu.<br /><br />Baik faktor genetik maupun lingkungan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap penuaan ovarium secara biologis yang menyebabkan cadangan ovarium berkurang.<br /><br />Akibatnya, usia kronologis dan biologis ovarium pada seorang perempuan tidak selalu sama. Fungsi reproduksi ternyata lebih banyak dipengaruhi oleh usia biologis ovarium daripada usia kronologis.<br /><br />Menurut dia, dalam sepuluh tahun terakhir ini usia perempuan yang hamil untuk pertama kalinya meningkat lima tahun lebih tua dibandingkan dengan dekade sebelumnya.<br /><br />Padahal seiring dengan bertambahnya usia seorang perempuan, maka kemampuannya dalam memproduksi sel telur dengan kualitas dan kuantitas yang baik semakin menurun.<br /><br />Di usia sekitar 30-35 tahun, kesuburan seorang perempuan mulai menurun dan diikuti penurunan yang cepat pada usia sesudahnya. Disamping itu, terjadi penundaan usia pernikahan serta pemakaian teknologi kontrasepsi untuk menunda kehamilan.<br /><br />Hal hal tersebut yang mengakibatkan peningkatan jumlah dan proporsi perempuan yang berusia lebih 35 tahun yang memerlukan teknologi reproduksi berbantu seperti inseminasi buatan dan bayi tabung.<br /><br />Dokter spesialis kandungan RSUP Adam Malik Medan, dr Ichwanul Adenin SpOG, mengatakan, gangguan kesuburan atau infertilitas dapat tangani dengan berbagai cara, antara lain dengan cara mengobati infeksi pada organ reproduksi, menghindari alkohol dan zat adiktif serta mengindari obat yang mempengaruhi jumlah sperma.<br /><br />Sedangkan tindakan untuk mengatasinya antara lain dengan tindakan pembedahan pada penyumbatan di saluran sperma, pemberian vitamin, penghentian obat-obatan yang diduga menyebabkan gangguan sperma serta teknik reproduksi bantuan.<br /><br />Sementara pada sebagian wanita, infertilitas dapat diatasi dengan cara pemberian terapi obat (hormonal, antibiotik) dan sebagian lainnya melalui inseminasi buatan dan bayi tabung yakni mempertemukan sel telur dan sperma diluar tubuh sehingga fertililasi terjadi diluar pula, lalu embrio ditransfer ke dalam rahim.(Eka/Ant)</p>