Wacana Trayek Perbatasan Didukung

oleh
oleh

Sebagai salah satu daerah yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia, kawasan perbatasan Sintang justru sangat jauh tertinggal. Meski perbatasan bisa tembus lewat jalan darat, ternyata transportasi sungai masih sangat diminati. Hal ini tidak terlepas dari kondisi jalan menuju perbatasan yang mengalami kerusakan parah. <p>“Makanya, ketika ada wacana pembukaan trayek perbatasan, kita sangat mendukung. Karena, masyarakat sangat berharapkan transportasi yang murah dan terjangkau,” kata Yudius, tokoh pemuda perbatasan pada kalimantan-news Selasa (10/05/2011).<br /><br />Ia mengatakan, dipakainya strada sebagai alat angkutan utama ke perbatasan memang sangat membantu mobilisasi masyarakat perbatasan ketika hendak pergi ke sejumlah daerah termasuk ke kota Sintang.<br /><br />“Menggunakan strada memang cukup lancar meski medan yang harus dilalui cukup sulit. Konsekuensinya, masyakat harus membayar dengan biaya yang cukup mahal. Oleh karena itu, pemerintah atau pihak swasta diharapkan mulai memikirkan wacana membuka trayek angkutan perbatasan,” katanya.<br /><br />Ditambahkannya, pilihan transportasi lain melalui jalur sungai, memang banyak dilakukan oleh masyarakat perbatasan. Namun, biayanya lebih mahal bila dibandingkan dengan menggunakan strada.<br /><br />“Penggunaan alat transportasi sungai juga mengalami kekurangan dalam hal rentang waktu perjalanan yang lebih lama,” kata Yudius.<br /><br />Dikatakan Yudius, akibat biaya yang cukup besar ketika pergike perbatasan, maka konsekuensi lain yang harus ditanggung asyarakat adalah mahalnya sembako.<br /><br />“Jadi tidak heran bila banyak warga yang memilih belanja ke Malaysia atau ke Bali Karangan ketimbang ke Sintang, karena jarak yang lebuh dekat dan pertimbangan cost,” pungkasnya. <strong>(*)</strong></p>