Yogyakarta "Pilot Project" Perniagaan Berkeadilan

oleh
oleh

Yogyakarta diproyeksikan menjadi salah satu lokasi proyek rintisan "fair trade" atau perniagaan berkeadilan dalam lima tahun ke depan. <p style="text-align: justify;">Yogyakarta diproyeksikan menjadi salah satu lokasi proyek rintisan "fair trade" atau perniagaan berkeadilan dalam lima tahun ke depan.<br /><br />"Yogyakarta memiliki potensi yang cukup untuk melaksanakan perniagaan yang berkeadilan, salah satunya adalah ada banyak kelompok masyarakat yang kritis, seperti lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bisa menjadi motor utama," kata Ketua Panitia World Fair Trade Day di Yogyakarta Amir Danzuri di Yogyakarta, Minggu.<br /><br />Menurut dia, gerakan perniagaan berkeadilan di Indonesia memang masih belum begitu dikenal oleh masyarakat karena masyarakat telah dimanjakan oleh perdagangan bebas yang dikuasasi kaum kapitalis.<br /><br />Oleh karena itu, lanjut dia, Yogyakarta dinilai menjadi wilayah yang tepat untuk memunculkan gerakan perniagaan berkeadilan tersebut karena yang diuntungkan tidak hanya konsumen tetapi juga produsen.<br /><br />Salah satu upaya untuk bisa menumbuhkan gerakan perniagaan berkeadilan tersebut, lanjut Amir, adalah kampanye serta edukasi kepada masyarakat.<br /><br />"Masyarakat atau konsumen harus dididik, bagaimana menghargai sebuah barang produksi, misalnya barang yang diproduksi dengan memberikan jaminan keadilan kepada pekerja, produsen bahkan konsumen itu sendiri," katanya.<br /><br />Ia menegaskan, kesadaran masyarakat terhadap produk dari perniagaan berkeadilan tersebut menjadi salah satu kunci keberhasilan dari gerakan tersebut, di samping dukungan regulasi dari pemerintah.<br /><br />Gerakan perniagaan berkeadilan, lanjut Amir, muncul di Eropa dan kini menyebar ke Amerika Serikat dan Kanada, namun belum masuk ke Asia.<br /><br />Di Indonesia, terdapat sembilan kelompok usaha yang sudah menjalankan perniagaan berkeadilan yang semuanya tergabung dalam Forum Fair Trade Indonesia, yaitu Pekerti dari Jakarta, Apikri (Yogyakarta), Mitra Bali (Bali), JPKP Buton (Sulawesi Tenggara), CD Craft (Yogyakarta), Arum Dalu Mekar (Bali), Sahani (Yogyakarta), Lombok Pottery Centre (NTB) dan Java Ixora (Yogyakarta).<br /><br />Ia mengatakan, untuk lebih menyosialisasikan gerakan perniagaan berkeadilan tersebut dilakukan pemakaian logo di setiap produk.<br /><br />Sekretaris Jenderal Forum Fair Trade Indonesia Agung Alit mengatakan, konsep perniagaan berkeadilan cukup sulit diterapkan di Indonesia mengingat ideologi kapitalisme yang sudah mengakar di masyarakat.<br /><br />"Sejauh ini, konsumen paling besar dari produk-produk kami adalah pasar luar negeri, khususnya di Eropa," katanya.<br /><br />Ia mencontohkan, sekitar 90 persen dari produk yang dihasilkan oleh Mitra Bali diekspor ke luar negeri sedangkan sisanya dipasarkan di dalam negeri. Begitu pula dengan produk dari Apikri, sekitar 93 persen diekspor dan sisanya dipasarkan di dalam negeri.<br /><br />Agung mengatakan, gerakan perniagaan berkeadilan di Indonesia mulai muncul sejak 1977, namun forum tersebut secara resmi baru terbentuk pada 2003.<br /><br />"Upaya yang harus benar-benar digiatkan adalah mengampanyekan perniagaan berkeadilan ini secara intensif," katanya.(Eka/Ant)</p>