Yayasan Tim Borneo Orangutan Survival Foundation mencatat ada sekitar 166 orangutan ditemukan di areal perkebunan Makin Group wilayah Kalimantan Tengah. <p style="text-align: justify;">"Dari 166 orangutan tersebut 100 diantaranya berhasil ditranslokasikan ke hutan dan 47 lainnya dalam masa rehabilitasi dengan kondisi yang telah membaik," kata Koordinator Komunikasi dan Edukasi Nyaru Menteng Monterado Fridman, di Palangka Raya, Senin.<br /><br />Sedangkan 19 dari 166 orangutan yang berhasil ditemukan tersebut telah mati. Jumlah itu sudah termasuk satu orangutan dengan kondisi tubuh penuh luka bekas peluru.<br /><br />Dikatakan, orangutan dengan tubuh penuh luka, termasuk betina dewasa yang bersarang 40 peluru tersebut, bukan hal luar biasa melainkan telah sering terjadi dan sering menjadi sorotan negara lain.<br /><br />Dia mengharapkan komitmen dan aksi nyata Pemerintah, masyarakat maupun sektor swasta melindungi orangutan, terutama terkait dengan upaya pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan dan upaya pengalokasian lahan sebagai habitat yang layak bagi orangutan.<br /><br />"Orangutan adalah spesies payung yang berperan penting dalam regenerasi hutan dan menjadi satwa kebanggaan Indonesia. Saatnya semua pihak lebih peduli terhadap konservasi orangutan," kata Monterado.<br /><br />Sebelumnya, Yayasan BOS melalui Nyaru Menteng Palangka Raya menerima satu orangutan betina dewasa dengan kondisi kritis dan di dalam tubuhnya terdapat 40 peluru.<br /><br />Orangutan naas tersebut diantar dan diserahkan petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalteng Nandang, yang ditemukan di arela Barunang Miri Estate atau PT Surya Inti Sawit Kahuripan (SISK), perusahaan kelapa sawit anak perusahaan dari Makin Group.<br /><br />"Saat diserahkan ke kami, kondisi orangutan tersebut kaki kanannya bagian paha patah, tangan kiri membusuk, tulang lengan kiri atas patah dengan luka terbuka dan berbelatung, serta tubuhnya sangat kurus akibat malnutrisi. Kami tidak mampu menyelamatkannya," demikian Monterado. (das/ant)</p>