Ada Bekas Cakaran di Leher

oleh
oleh

Penyelidikan kasus pemerkosaan dan pembunuhan Kuntum, (14) di Dusun Cahaya Embun Desa Jelundung Kecamatan Serawai Sintang penuh tantangan, lokasi yang jauh dan sinyal untuk komunikasi terbatas tak menghalangi upaya pengungkapan kasus itu. <p style="text-align: justify;">“Ada  beberapa hal yang dilakukan tersangka sehingga menimbulkan kejanggalan dikalangan warga, dari situlah penyelidikan intensif mulai kami lakukan,” kata Kasatreskrim Polres Sintang, AKP Doni Sardo Lumbantoruan didampingi Kapolsek Serawai Ipda Heri Edrino Sihombing kepada wartawan, Kamis (4/8) di Sintang.<br /><br />Beberapa hal tersebut diantaranya kata dia adalah ketidakhadiran Ajan ketika pemakaman padahal ia telah ajak oleh warga setempat untuk hadir.<br /><br />“Selain itu  ketika hari pemakaman, ia tidak mengindahkan larangan menebang pohon, sementara keyakinan masyarakat setempat tidak  membenarkan menebang pohon ketika ada yang meninggal,” ujarnya.<br /><br />Awalnya, ditambahkan kapolsek, meskipun keterangan beberapa saksi mengarah kepada dirinya, namun pelaku tidak mau mengaku dan bahkan berpura-pura tidak bisa berbicara dalam bahasa Indonesia.<br /><br />“Awalnya penyidikan agak terhambat karena kurangnya kerjasama dari masyarakat, namun akhirnya jalan untuk mengungkap kasus itu terbuka, masyarakat pun kooperatif memberikan informasi,” tukasnya.<br /><br />Bahkan kata dia, beberapa waktu setelah kejadian, pelaku juga sempat menceritakan perbuatannya tersebut kepada abangnya dan kemudian menitipkan HP milik korban ke abangnya untuk disimpan.<br /><br />“Keterangan beberapa saksi kami peroleh, apalagi dari bibinya membenarkan kalau HP itu milik korban, akhirnya pelaku kami amankan,” jelasnya.<br /><br />Kapolres Sintang, AKBP Firly Ruspang Samosir mengucapkan terima kasih kepada masyarakat yang telah cukup membantu upaya polisi mengungkap kasus ini.<br /><br />“Dorongan dari masyarakat bebetapa waktu lalu untuk segera mengungkapnya adalah cambuk bagi kami untuk terus menyelidiki kasus ini hingga akhirnya setelah 26 hari disidik, pelakunya terungkap,” tukasnya.<br /><br />Tentunya lanjut dia, untuk menyidik kasus tersebut tidak mudah karena mengingat jarak lokasi kejadian dengan Polsek bisa mencapai lima hingga enam jam menggunakan jalur sungai apalagi untuk komunikasi, sinyal hanya ada di lokasi kejadian.<br /><br />“Jadi Informasi yang akan disampaikan ke saya pun harus menunggu anggota sampai ditempat yang ada sinyal, tetapi berkat dukungan semuanya, kasus ini bisa kami ungkap,” kata dia.<br /><br />Sebagaimana diketahui, Kuntum (nama palsu) yang baru berusia 14 tahun telah menjadi korban kebiadaban pelaku yang hingga kini masih dicari polisi.<br /><br />Informasi yang berhasil diperoleh dari pihak kepolisian diketahui pada Kamis (7/7) sekitar pukul 16.30, Kuntum izin dengan keluarga tempat ia tinggal untuk menelepon di dekat gereja karena hanya dilokasi itulah yang ada sinyalnya. Jarak dari kediamannya ke tempat menelepon itu sekitar 30 meter.<br /><br />Namun hingga memasuki malam, Kuntum yang sudah tidak lagi bersekolah itu tidak pulang-pulang kerumah. Ditunggu hingga pukul 20.00 juga tidak pulang, akhirnya sang paman bersama bibinya pun memutuskan untuk mencari ke tempat menelepon di daerah agak berbukit.<br /><br />Beberapa saat mencari, alangkah terkejutnya sang paman melihat keponakannya sudah terlentang nyaris tanpa busana dalam keadaan sudah meninggal dalam posisi telentang diatas tanah tanpa menggunakan celana dalam dan baju yang digunakan dalam posisi terlilit dileher.<br /><br />Hasil visum diketahui ada darah keluar dari telinga kanan korban, bekas memar dari leher hingga dada atas, bekas gigitan di lengan kanan atas dalam, juga ada luka dalam dibagian kepala akibat benda tumpul, selain itu hasil visum juga menunjukkan kalau ada tindak pidana pemerkosaan dan bekas sodomi, namun belum diketahui pasti apakah dilakukan sebelum atau sesudah korban meninggal. <strong>(*)</strong></p>