Adrianus Sidot: Tingkat Literasi Rendah Membuat Bangsa Kita Gampang Diadu Domba

oleh

 

Adrianus Asia Sidot bersama Walikota Singkawang Tjhai Chui Mie

 

 

SINGKAWANG, KN – Perpustakaan Nasional RI bekerja sama dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Singkawang menyelenggarakan Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat di Kota Singkawang dan Penandatanganan Nota Kesepahaman Perpustakaan Nasional RI dengan Pemerintah Kota Singkawang dan Perguruan Tinggi di Kalimantan Barat yang digelar di Ruang Balairung Walikota Singkawang. Senin, (05/04/2021)

Acara tersebut menghadirkan Keynote Speaker, H. Sutarmidji, SH., M.Hum., Gubernur Kalimantan Barat, para narasumber Drs. Deni Kurniadi, M.Hum. Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpustakaan Nasional RI, Tjhai Chui Mie, SE., MH, Wali Kota Singkawang, DR. Drs. Adrianus Asia Sidot, M.Si., Anggota Komisi X DPR RI, Aria Djalil, Ph.D., Penggiat Literasi dan dimoderatori oleh Hakimi, S.STP., M.Si.

Sutarmidji, SH., M.Hum., Gubernur Kalimantan Barat dalam sambutannya menyampaikan, pengingkatan indeks literasi masyarakat sangat penting, khususnya di Kalimantan Barat.

Kemudian pada tingkatan menarik peminat pembaca, Sutarmidji menegaskan bahwa penyediaan buku di perpusatakaan harusnya best seller. Selain itu juga dengan tata letak, karena setiap pembaca mempunyai keinginan sendiri-sendiri, ada yang ingin buku tebal dan ada yang tipis.

“Ke depannya, pemerintah akan melakukan sertifikasi bagi tingkatan literasi seorang anak yang berusai 25 tahun, apabila memiliki pemahaman dan kematangan berpikir terhadap sesuatu yang ia dapat dari literatur, maka akan didorong untuk anak itu diberikan sertifikasi, meskipun tidak memiliki ijazah formal, tapi karena memiliki kemampuan pengetahuan yang baik, maka pemerintah perlu mendorong itu” ungkapnya.

Selanutnya, Drs. Deni Kurniadi, M.Hum. menyampaikan Perpustakaan Nasional mempunyai fungsi sebagai perpustakaan Pembina, untuk menegmbangkan semua jenis Perpus di seluruh Indonesia yang sesuai standar, Perpus Penelitian, Perpus Pelestarian, Rujukan, deposit dan Pusat Jejaring Perpustakaan.

Untuk RPJMN 2020-2024, kegiatan prioritasnya adalah peningkatan Budaya Literasi, yang mencakupi, pengembangan budaya kegemaran membaca, pengembangan sistem perbukuan dan konten literasi, peningkatan akses dan kualitas perpustakaan berbasis akses inklusi sosial.

“Sementara Road Map Pembangunan Nasional Bidang Perpustakaan bahwa melihat rasio jumlah Perpus di Indonesia belum menjangkau ketentuan Perpus Nasional, di mana pada 2018 berjumlah 164.630, sementara pada tahun 2020 ada peningkatan di atras 250 ribu. Artinya kita memiliki peningkatan jumlah, tapi dari segi kualitas kita belum menjangkau,” ujarnya.

Sementara, Tjhai Chui Mie, SE., MH, Wali Kota Singkawang menegaskan bahwa statistik indeks literasi kita masih sangat rendah, seperti yang ada di Singkawang, sehingga perlu didorong serius tingkat literasi di Indonesi untuk peningkatan kemampuan membaca dan penguasaan diri menuju kesejahteraan masyarakat.

Selain itu, Adrianus Asia Sidot menyampaikan, SE Mendikbud nomor 4 tahun 2020 yang diperkuat dengan SE Sesjen nomor 15 tahun 2020 tentang Pedoman Pelaksanaan BDR selama darurat Covid-19 serta RPJMN 2020-2024 salah satu arah pembangunan SDM adalah penguatan budaya literasi, inovasi, kreativitas dalam mewujudkan masyarakat berpengetahuan dan berkarakter

Adrianus Asia Sidot, dalam paparannya menyampaikan, Literasi didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan bahasa dan gambar dalam berbagai bentuk dan variasi untuk membaca, menulis, mendengarkan, berbicara, memirsa, menyajikan, dan berpikir secara kritis tentang informasi/gagasan.

literasi lebih dari sekadar membaca dan menulis. Ia juga mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi dalam masyarakat. Literasi juga bermakna praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya.

“Literasi lebih dari sekedar membaca dan menulis, namun mencakup keterampilan berfikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan auditori. Di abad 21 ini, kemampuan ini disebut sebagai literasi informasi,” jelasnya.

“Clay (2001) dan Ferguson menjabarkan bahwa komponen literasi informasi terdiri atas literasi dini, literasi dasar, literasi perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan literasi visual. Dalam konteks Indonesia, literasi dini diperlukan sebagai dasar pemerolehan berliterasi tahap selanjutnya,” ujarnya.

Kemudian pada tataran tingkatan kegemaran berliterasi di Indonesia, politisi Golkar itu menegaskan, literasi di Indonesia sangat rendah, berada pada tingkat 172 atau 371 sementara negada lain di atas 450 menurut indeks literasi.

“Sehingga anak-anak atau generasi muda perlu digembleng dengan kemampuan kecakapan dalam berliterasi. Dan literasi ini tidak bisa diletakaan di Pundak Perpusnas, tapi ini adalah pekerjaan bersama, semua elemen, mendorong peningkkatan literasi,” katanya.

“Seperti hari ini, kita mudah diadu domba, informasi-infomasi hoax secara cepat kita terima tanpa menelaah dan analisis terleboih dahulu. Kita muda dicuci otak oleh orang-orang yang ingin merusak seperti terorisme, hal ini merupakan efek dari rendahnya litersi di Indonesia,” pungkas Adrianus. (ygn)