Kehdupan masyarakat di bantaran sungai Kapuas dan Melawi sangat memperihatinkan. Pasalnya, daerah aliran sungai (DAS) saat ini sudah tercemar dengan kadar merkuri yang diambang batas, akibat Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI). <p style="text-align: justify;">Melihat kondisi tersebut, Anggota DPRD Sintang, Kusnadi menilai mestinya ada program nyata yang menyentuh langsung kehidupan masyarakat yang tinggal di bantaran sungai. Legislatif selalu mendorong Pemkab Sintang untuk memperhatikan kondisi ini. Segala usulan dari legislatif terus dilayangkan.<br /><br />“Namun hingga saat ini belum ada progres dari Pemkab Sintang dalam mengatasi wilayah bantaran sungai,” sebutnya.<br /><br />Begitu juga dengan aktivitas PETI, dia menilai sepertinya sudah menjadi darah daging. Sehingg susah untuk ditertibkan. Aparat hukum seharusnya tidak berdiam diri atau tutup mata dengan kondisi itu.<br /><br />“Setidaknya lakukan penertiban secara intens, meski pun tidak menyentuh ke cukong PETI-nya,” lugasnya.<br /><br />Di Sintang, ada 14 kecamatan. Parahnya di semua kecamatan ada kegiatan PETI. Kondisi ini sungguh sangat memprihatinkan. Sudah selayaknya aparat hukum mengambil sikap tegas. Jangan diam dan melihat saja.<br /><br />“Tetapi lakukan tindakan yang ada efek jera, sehingga aktivitas tersebut dapat dihentikan,” tegasnya.<br /><br />Memberantas PETI berarti menyelamatkan hidup orang banyak. Aktivitas PETI dengan kadar merkuri yang melebih ambang batas sangat mengancam kehidupan masyarakat yang tinggal di bantaran sungai.<br /><br />“Sehari-hari mereka menggantungkan hidup dengan memanfaatkan air sungai,” pungkas Kusnadi. (kn/dx)</p>