Angkutan Pedalaman Terganggu Sungai Barito Surut

oleh
oleh

Sungai Barito di wilayah Kabupaten Murung Raya dan Barito Utara, yang surut dalam sepekan terakhir mulai mengganggu transportasi kapal terutama menuju desa-desa pedalaman. <p style="text-align: justify;">"Sungai semakin dangkal sehingga transportasi menuju daerah lainnya di pinggiran Sungai Barito hanya bisa dilalui kapal kecil," kata seorang warga yang tinggal di lanting (bangunan terapung), Doyok, di Muara Teweh, Jumat.<br /><br />Sejumlah kapal barang dan penumpang yang bertonase besar banyak bersandar karena debit Sungai Barito di wilayah pedalaman semakin dangkal.<br /><br />Saat ini Sungai yang wilayah hulunya berada di pedalaman Kabupaten Mura, Kalteng dan bermuara di Kalimantan Selatan ini hanya bisa dijangkau angkutan kapal kecil ukuran di bawah seratus ton.<br /><br />"Saat ini hanya kapal sedang yang masih bisa berlayar itu pun harus ekstra hati-hati," katanya.<br /><br />Bahkan lebih parah lagi transportasi sungai menggunakan kapal barang dan penumpang tujuan Muara Teweh menuju Kecamatan Gunung Purei dan Teweh Timur yang terletak di Sungai Teweh (anak Sungai Barito) dan pedalaman Sungai Lahei wilayah Kecamatan Lahei hanya bisa menggunakan kapal kecil (kelotok) berpenumpang tiga orang.<br /><br />Namun itu pun terganggu karena harus melewati riam bebatuan dan terpaksa kelotok di angkat saat melintasi bebatuan yang berada di tengah sungai tersebut.<br /><br />"Untuk saat ini angkutan menuju delapan desa di pedalaman Sungai Lahei Kecamatan Lahei hanya bisa menggunakan kapal kecil itu pun harus diangkat ketika melintas bebatuan," kata Camat Lahei, Iman Tofik.<br /><br />Meski angkutan barang dan penumpang menuju daerah pedalaman tersebut terganggu, namun tidak sampai menghambat arus barang dan penumpang lainnya karena transportasi darat masih lancar dan sebagian desa menggunakan kelotok kecil untuk mengangkut barang dan penumpang.<br /><br />Petugas Teknis Lalu Lintas Sungai pada Dinas Perhubungan Barito Utara, Rizalfi mengatakan surutnya Sungai Barito ini juga telah menghentikan kegiatan angkutan kapal dan tongkang batu bara serta hasil hutan lainnya baik milik perusahaan di wilayah Kabupaten Mura maupun Barut. <br /><br />Angkutan hasil produksi tambang dan sektor perkayuan kini terhenti karena tidak bisa melewati Sungai Barito yang terus dangkal.<br /><br />Ketinggian air Sungai Barito, Jumat (1/7) siang pada skala tinggi air (STA) Muara Teweh di angka 4.20 meter yang artinya menunjukkan angka tidak aman untuk pelayaran kapal bertonase besar.<br /><br />"Saat ini tongkang bermuatan dan kosong yang bersandar dan kandas di kawasan hutan pinggiran Sungai Barito mencapai 46 unit milik sejumlah perusahaan tambang," katanya. <strong>(phs/Ant)</strong></p>