Pemerintah Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah dalam waktu dekat membentuk desa sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) di wilayah 15 Puskesmas tersebar pada enam kecamatan setempat. <p style="text-align: justify;">"Untuk itu diperlukan sosialisasi dan pelatihan peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan sanitarian Puskesmas sehingga dapat dilakukan pendekatan kepada masyarakat melalui metode pemicuan," kata Kepala Dinas Kesehatan Barito Utara (Barut), Robansyah di Muara Teweh, Senin.<br /><br />Saat ini sampai 25 September 2012 sedang dilakukan sosialisasi, advokasi dan pelatihan STBM yang diikuti para petugas sanitarian Puskesmas se Kabupaten Barito Utara.<br /><br />Robansyah mengatakan, upaya menuju desa STBMK itu diperlukan starategi yang baru dengan melibatkan lintas sektor sesuai tugas dan pokok serta fungsi masing-msing dengan leading sektor Kementerian Kesehatan karena sanitasi total berbasis masyarakat ini menekankan pada lima perubahan perilaku hygienis.<br /><br />"Lima perilaku itu meliputi tidak buang air besar (BAB) sembarang, mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan makanan yang aman, mengelola sampah dengan benar serta mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman," katanya.<br /><br />Robansyah mengatakan, perlu diketahui bersama bahwa tantangan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah air minum, higiene dan sanitasi masih sangat besar.<br /><br />Berdasarkan hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006, menunjukan 47 persen masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka.<br /><br />"Berdasarkan studi basic human services (BHS) Indonesia tahun 2006, perilaku dalam mencuci tangan adalah setelah buang air besar 12 persen, setelah membersihkan tinja bayi dan balita 9 persen, sebelum makan 14 persen, sebelum memberi makan bayi 7 persen dan sebelum menyiapkan makanan 6 persen," kata dia.<br /><br />Dia mengatakan, studi BHS lainnya terhadap perilaku pengelolaan air minum rumah tangga menunjukan 99,20 persen merebus air untuk mendapatkan air minum, tetapi 47,50 persen dari air tersebut masih mengandung Eschericia coli.<br /><br />"Kondisi tersebut berkontribusi terhadap tengginya anggka kejadian diare di Indonesia. Hal ini terlihat dari angka kejadian diare nasional pada 2006 sebesar 423 per seribu penduduk pada semua umur dan 16 provinsi mengalami kejadian luar biasa (KLB) diare dengan case fatality rate (CFR) sebesar 2,52," katanya. <strong>(das/ant)</strong></p>