Barut Beri Nama Bandara Baru Muhammad Sidik

oleh
oleh

Pemerintah Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah memberikan nama untuk bandar udara baru yang dibangun di kawasan Desa Trinsing Kecamatan Teweh Selatan Haji Muhammad Sidik. <p style="text-align: justify;">"Penetapan nama bandar udara tersebut setelah mempertimbangkan aspirasi atau masukan dari masyarakat yang diteruskan oleh Bupati Barito Utara, Nadalsyah ke Kementerian Perhubungan RI di Jakarta," kata Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Barito Utara (Barut), Iwan Fikri di Muara Teweh, Jumat.<br /><br />Penetapan nama bandar udara tersebut berdasarkan surat Bupati Barito Utara Nomor 130/128/Adm.Pemum tanggal 20 Juni 2014 perihal Usulan Nama Bandara Baru, selanjutnya surat Bupati Barito Utara Nomor 100/387/Adm.Pemum tanggal 21 November 2014 perihal Penyampaian Berkas Usulan Nama Bandara Baru.<br /><br />Di samping itu ada surat Gubernur Kalteng Nomor 553.2/0908/Dishubkominfo tanggal 18 September 2014 perihal Rekomendasi Usulan Nama Bandara Baru di Muara Teweh dan Surat Ketua DPRD Provinsi Kalteng Nomor 162/1367/DPRD/2014 tanggal 6 Agustus 2014 perihal Rekomendasi usulan nama bandar udara Haji Muhammad Sidik yang merupakan nama kakek dari Bupati Barito Utara, Nadalsyah.<br /><br />"Atas dasar itu, Menhub memutuskan dengan menetapkan keputusan Menhub RI Nomor KP 246 Tahun 2015 tentang Penetapan Nama Bandar Udara Haji Muhammad Sidik di Kabupaten Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah yang ditetapkan di Jakarta tanggal 18 Mei 2015," katanya.<br /><br />Iwan mengatakan, setelah ditetapkannya nama Bandar Udara tersebut, maka semua dokumen administratif semua menyesuaikan sebagaimana dimaksudkan dalam diktum pertama harus selesai dilakukan secara menyeluruh.<br /><br />Berdasarkan hasil pertemuan dengan Kementerian Perhubungan di Jakarta bahwa Bandar Udara Haji Muhammad Sidik ini diprioritaskan beroperasi pada 2016 mendatang, minimal akhir tahun 2016 sudah operasi.<br /><br />"Oleh sebab itu, pihak bandara terus menggenjot pekerjaan pada tahun 2015 yang sudah masuk anggaran sebesar Rp35 miliar lebih," jelasnya.<br /><br />Beroperasinya bandara baru tersebut nantinya diharapkan akan membuka akses jalur udara guna menghubungkan Kota Muara Teweh ke beberapa kota besar di Indonesia, sebab Bandara ini nantinya akan menjadi bandara nasional.<br /><br />Sementara Petugas Bangunan dan Landasan pada Bandara Beringin Muara Teweh, Suriansyah mengakui penyelesaian pembangunan bandara baru itu tahun 2015 gagal dilaksanakan karena pertimbangan teknis.<br /><br />"Sejumlah proyek yang dibatalkan melalui dana pemerintah pusat tahun ini akan dialokasikan kembali tahun 2016 nanti," kata dia.<br /><br />Menurut Suriansyah, dibatalkannya pembangunan lanjutan bandara itu karena kepala bandara definitif baru bertugas sekitar Agustus 2015. Semestinya paling lambat Juni-Juli sejumlah proyek sudah dikerjakan, namun sampai akhir Mei 2015 lalu belum dilelang.<br /><br />"Meski ketika itu ada pejabat yang ditunjuk sebagai pelaksana tugas (Plt), namun beliau dan saya tidak berani melelang proyek itu karena kepala bandara definitif tidak ada hingga akhir Juli 2015," jelas Suriansyah.<br /><br />Suriansyah mengatakan, pembangunan bandara baru lanjutan tersebut pada tahun anggaran 2015 yang dananya bersumber dari APBN ini terdapat tujuh paket proyek seperti drainase, dan rumah dinas.<br /><br />Selain itu, pembangunan jalan 5.000 meter, halaman parkir, landcape, pagar BRC pengaman fasilitas sisi udara setinggi 2,4 meter dengan luas 4.000 meter serta pembuatan gedung workshop seluas 200.00 meter dengan total anggaran sebesar Rp27 miliar.<br /><br />"Kita upayakan tahun depan bandara itu operasional meski pembangunan belum selesai 100 persen. Jadi sifatnya bandara bisa didarati namun pekerjaan penyelesaian tetap dilaksanakan," ujarnya. (das/ant)</p>