Pemerintah Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah menggelar lokakarya dalam pengembangan metoda dan instrumen riset kerentanan perubahan iklim yang menyebabkan penyakit demam berdarah dengue (DBD) dan malaria. <p style="text-align: justify;">"Perubahan iklim global sudah lama terjadi dan tak teratasi. Meski banyak manusia peduli dan menyorotinya, dan bahkan tidak begitu paham arti dan dampak perubahan iklim itu sendiri," kata Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan pada Dinas Kesehatan Barito Utara (Barut) Siswandoyo di Muara Teweh, Senin.<br /><br />Menurut dia, perubahan iklim adalah perubahan variabel iklim, khususnya suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang panjang antara 50 sampai 100 tahun.<br /><br />Unnsur-unsur perubahan iklim yang dapat dikenali adalah munculnya fenomena alam berupa peningkatan suhu global, ketidakpastian musim, kekeringan berkepanjangan, permukaan es kutub utara semakin tipis, kebakaran hutan dan banjir terus-menerus.<br /><br />"Sering kita bicara perubahan iklim. Persepsi orang selalu berkaitan dengan sektor pertanian, kegagalan panen serta kemungkinan terjadi banjir atau kekeringan. Padahal perubahan iklim juga memicu masalah kesehatan," katanya.<br /><br />Dia mengatakan, peningkatan banjir akibat hujan ekstrim yang dipicu perubahaan iklim meningkatkan kasus diare. Sebaliknya di daerah kering memicu kebakaran hutan dan lahan sehingga asap yang dihasilkan memperburuk kualitas udara serta memicu gangguan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan iritasi mata.<br /><br />Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan Research Center for Climate Change, Universitas Indonesia (RCCC-UI) didukung Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) sedang melaksanakan kajian pemetaan dan model kerentanan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Malaria.<br /><br />Kegiatan ini untuk meningkatkan kesiap-siagaan terhadap kecenderungan peningkatan penyakit DBD dan malaria akibat perubahan iklim. Kajian ini berfokus pada kerentanan dengan melihat hubungan perubahan iklim yang ditularkan vektor, khususnya DBD dan malaria.<br /><br />"Kami berharap, dari kajian tersebut dapat diperoleh model proyeksi perubahan iklim terkait insiden penyakit DBD dan malaria di Barut," jelas dia.<strong> (das/ant)</strong></p>













