Bawang merah asal Malaysia di Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara saat ini menghilang di pasaran karena tidak mampu bersaing dengan produk lokal. <p style="text-align: justify;">Ketidakmampuan tersebut disebabkan kehilangan pasaran dengan membanjirkan bawang merah asal Sulawesi Selatan yang masuk ke wilayah itu, kata Sahabuddin, seorang agen bawang di Pasar Inhutani Nunukan, Rabu.<br /><br />Ia menambahkan, persaingan bawang merah lokal asal Bima Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Sulawesi Selatan dengan produk India yang diperoleh dari Malaysia itu adalah berkaitan dengan kualitas dan harganya.<br /><br />Bawang merah Malaysia mulai menghilang di pasar-pasar di Kabupaten Nunukan sejak 10 Oktober 2013 atau menjelang Hari Raya Idul Adha 1434 Hijriyah.<br /><br />"Bawang merah dari Tawau (Malaysia) mulai tidak masuk Nunukan sebelum lebaran baru-baru ini," ucap dia.<br /><br />Ia juga menjelaskan, hilangnya pasaran bawang merah dari Malaysia disebabkan harga bawang merah lokal terus menurun akhir-akhir ini menjadi Rp17.000 per kilogram dalam keadaan kotor (berdaun) dengan harga eceran sebesar Rp21.000 per kilogram kotor dengan eceran dalam keadaan bersih Rp29.000-Rp30.000 per kilogram.<br /><br />Sementara harga bawang merah Malaysia bertahan pada kisaran Rp28.000 per kilogram, katanya.<br /><br />Sahabuddin menyatakan, konsumen lebih meminati bawang merah lokal meskipun harganya lebih mahal dibandingkan bawang merah asal Malaysia karena masalah aromanya.<br /><br />Ia juga memprediksi harga bawang merah lokal akan mengalami kenaikan pekan depan mencapai Rp19.000 per kilogram dalam keadaan kotor di tingkat distributor di Kota Makassar.<br /><br />Kemungkinan harga bawang merah lokal akan mengalami kenaikan setelah mendapatkan informasi yang diperoleh dari distributor di Kota Makassar hari ini (Rabu), kata dia. <strong>(das/ant)</strong></p>