Badan Meteorologi dan Geofisika Supadio Pontianak memperkirakan asap yang muncul dalam beberapa hari terakhir ini karena kegiatan pembakaran skala kecil, kata Prakirawan BMG Supadio, Sri Ningsih. <p style="text-align: justify;"><br />"Kalau dari pantauan melalui satelit NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) belum terlihat titik panas atau `hot spot`. Jadi asap yang ada saat ini bisa saja karena pembakaran skala kecil yang tidak terpantau satelit," katanya di Pontianak, Kamis (03/03/2011). <br /><br />Ia mengatakan, satelit NOAA hanya memantau titik panas atau hot spot pada luasan satu hektare. <br /><br />Menurut dia lagi, cuaca panas di Kota Pontianak dan sekitarnya dalam sepekan terakhir sebagai dampak adanya tekanan rendah di sebelah barat Australia yang merupakan bibit badai. <br /><br />Konsentrasi awan saat ini ke sebelah selatan khatulistiwa, sehingga jika terjadi hujan di selatan Kalbar adalah di Kabupaten Ketapang dan sekitarnya. <br /><br />"Tetapi sebenarnya dari pantauan kami, di Kota Pontianak pada tanggal 1 – 4 Maret ada peluang hujan ringan," katanya. <br /><br />Peluang hujan itu tidak terasa, karena ada sedikit asap yang menyelimuti langit Kota Pontianak dan sekitarnya. <br /><br />Dia menambahkan, perubahan musim dari hujan ke kemarau, tidak begitu dirasakan di Kalbar, karena di provinsi tersebut hampir sepanjang tahun tetap akan ada hujan yang diselingi dengan cuaca panas. <br /><br />Menurut dia lagi, hingga April mendatang untuk Kalbar secara keseluruhan, masih ada hujan. Intensitasnya akan turun pada Mei hingga Agustus. Sementara untuk Maret, masih dalam keadaan normal dengan intensitas 300 mililiter. <br /><br />Sementara itu, Badan Lingkungan Hidup Kubu Raya menyatakan hingga saat ini belum menemukan adanya titik panas di kabupaten tersebut. <br /><br />"Tidak bisa dipungkiri setiap masuk musim kering masyarakat petani sering membakar lahan. Namun, hingga saat ini kita belum menemukan adanya titik panas," kata Kepala Badan Lingkungan Hidup Kubu Raya, Aswin Fuad di Sungai Raya. <br /><br />Dia menyatakan sejak sepekan lalu telah melakukan pantauan di lapangan. Namun, sampai sekarang belum ditemukan adanya titik panas berbahaya dan dapat berakibat vatal. <br /><br />Senada dengan BMG Supadio, menurut dia, BLH Kabupaten Kubu Raya selalu berpatokan kepada satelit NOAA untuk memantau titik panas. "Tim kami selalu melakukan pengawasan dan pantauan. Titik panas sama sekali belum ditemukan," ucapnya. <br /><br />Sosialisasi <br /><br />Selain melakukan pengawasan dan pantauan, BLH Kubu Raya juga membentuk tim terpadu. Keterlibatannya mulai dari tim Manggala Agni di Kubu raya hingga sampai tim di tingkat kecamatan dan desa. <br /><br />"Tim ini setiap hari sejak beberapa waktu lalu melakukan sosialisasi supaya pembukaan lahan tidak dilakukan dengan cara dibakar," kata Aswin Fuad. <br /><br />Ia menambahkan tim juga memberikan sosialisasi terpadu kepada petani mulai dari tingkat kecamatan, desa hingga RT/RW. "Makanya, ketika muncul titik panas, kami cepat melakukan pengawasan," kata dia. <br /><br />Aswin juga mengatakan Pemerintah Kabupaten Kubu Raya memiliki konsep jelas dan terarah, dalam menanggulangi kabut asap. Pemerintah selalu mengingatkan kepada petani dan perusahaan yang hendak membuka lahan untuk tidak menggunakan cara pembakaran. <br /><br />"Apalagi ada patokan hukum dan undang-undang berlaku," katanya lagi. <br /><br />Aswin menyatakan sejak Kubu Raya terbentuk, tidak lagi menjadi penyumbang asap terbesar di Indonesia. Itu karena pengendalian, pengawasan dan pengamatan dilakukan terpadu. <br /><br />"Kami selalu intens memberikan arahan kepada warga, agar tidak membakar lahan ketika musim tanam tiba. Kami terus melakukan tindakan preventif agar Kubu Raya tidak dicap terus sebagai penyumbang asap," kata Aswin. <strong>(phs/Ant)</strong></p>