BMKG Imbau Warga Samarinda Waspadai Banjir

oleh
oleh

Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Bandara Temindung Samarinda, Kalimantan Timur, menghimbau warga di daerah itu untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya banjir. <p style="text-align: justify;">"Pada dasarian pertama atau 10 hari pada awal Mei 2015 merupakan puncak hujan di Kota Samarinda dan sekitarnya, sehingga kemungkinan intensitas hujan tinggi yang dapat menyebabkan terjadinya genangan air di sejumlah titik, bisa melanda daerah ini," kata Kepala Stasiun BMKG Bandara Temindung Samarinda, Selasa.<br /><br />Hujan yang melanda Kota Samarinda dan sekitarnya pada Selasa siang yang menyebabkan sejumlah jalan protokol di daerah itu tergenang kata Sutrisno, masih dalam kategori sedang.<br /><br />Dari pantauan, hujan yang berlangsung sejak pukul 12. 00 WITA hingga 14. 30 WITA tersebut menyebabkan sejumlah kawasan di Kota Samarinda tergenang.<br /><br />Genangan air dengan ketinggian 20 hingga 30 centimeter berlangsung di kawasan Simpang Empat Mal Lembuswana, begitu pula di Jalan Kesejahteraan yang merupakan jalur Samarinda-Bontang hingga kawasan pemukiman di Kelurahan Mugirejo juga terendam banjir dengan ketinggian 30 hingga 50 centimeter.<br /><br />Bahkan, di Jalan Cipto Mangungkusumo dan Jalan Rifadin, genangan air yang cukup tinggi menyebabkan jalur Samarinda menuju Kota Balikpapan tersebut sempat terganggu.<br /><br />"Hujan berlangsung selama lebih dua jam dengan intensitas 16,6 milimeter. Curah hujan yang berlangsung tersebut masih dalam kategori sedang namun jika curah hujan lebih 20 milimeter dan berlangsung lebih dua jam, itu masuk kategori lebat," kata Sutrisno.<br /><br />Genangan air yang melanda sebagian kawasan di Kota Samarinda menurut Sutrisno, kemungkinan disebabkan curah hujan tinggi di bagian utara yakni kawasan Lampake serta di bagian selatan yakni kawasan Samarinda Seberang.<br /><br />"Jangkauan alat pengukur intensitas hujan di BMKG Bandara Temindung hanya berkisar sekitar 20 kilometer, itupun jika kondisi wilayah rata dan tidak berbukit. Namun, topografi Kota Samarinda yang berbukit sehingga jangkauannya hanya sekitar lima kilometer sehingga pantauan intensitas hujan tidak bisa terpantau ke seluruh kawasan," katanya.<br /><br />"Kami memasang enam alat pengukur intensitas hujan yang ditempatkan di beberapa kecamatan, namun pelaporannya dilakukan dalam 10 hari sekali. Kecuali, alat pengukur yang ada di BMKG Bandara Temindung bisa dideteksi setiap hari," ungkap Sutrisno. (das/ant)</p>