BMKG : Kota Samarinda Masih Berpotensi Diguyur Hujan

oleh
oleh

Kota Samarinda, Kalimantan Timur, dalam sepekan ke depan, kata Kepala Stasiun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandara Temindung, Sutrisno, masih berpotensi diguyur hujan. <p style="text-align: justify;">"Pulau Kalimantan berada di garis equator sehingga musim kemarau di wilayah Kaltim, khususnya Kota Samarinda bersifat basah. Jadi, walaupun saat ini sudah memasuki awal musim kemarau, namun dalam sepekan, potensi terjadinya hujan masih tetap ada," ungkap Sutrisno, kepada Antara di Samarinda, Senin.<br /><br />Pada Senin siang kata Sutrisno, sebagian wilayah Kota Samarinda, diguyur hujan dengan intensitas ringan sampai sedang yakni 18,8 mili meter.<br /><br />"Curah hujan yang berlangsung hari ini (Senin) berkisar 18,8 mili meter dan hanya berlangsung sekitar satu jam. Intensitas hujan tersebut masih dalam kategori ringan hingga sedang. Namun, potensi terjadinya hujan dalam sepekan ke depan masih mungkin terjadi, walapun saat ini sudah masuk musim kemarau," ujar Sutrisno.<br /><br />Walaupun hujan hanya berlangsung sekitar satu jam dengan intensitas ringan hingga sedang, namun sejumlah ruas jalan di wilayah itu sempat tergenang diantaranya, di kawasan Simpang Empat Mal Lembuswana dan serta akses jalan menuju Bandara Temindung Samarinda.<br /><br />Terkait prediksi BMKG yang menyebut bahwa musim kemarau yang melanda wilayah Indonesia tahun ini (2015) diikuti fenomena "el nino" atau gelombang panas, namun hal tersebut tidak melanda wilayah Pulau Kalimantan, khususnya Kaltim.<br /><br />"Berdasarkan prediksi ‘el nino moderete’ atau gelombang panas lemah hingga sedang yang melanda kawasan Indonesia berlangsung hingga September 2015. Gelombang panas tersebut hanya melanda wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB) serta Pulau Jawa sementara Pulau Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi tidak terdampak," katanya.<br /><br />"Kecuali, terjadi peningkatan menjadi el nino kuat, maka tidak menutup kemungkinan Pulau Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi akan terdampak. Saat ini, BMKG masih terus melakukan pemantauan dan kita berharap hal itu tidak terjadi," ungkap Sutrisno. (das/ant)</p>