Bupati Sintang Launching Novel Keling Kumang

oleh
oleh

Kita harus merasa bangga karena sudah mulai mengangkat cerita lisan kedalam bentuk buku yang akan menjadi referensi generasi muda di masa yang akan datang untuk membaca dan mendalami cerita jaman dahulu. <p style="text-align: justify;">Hal tersebut diungkapkan Bupati Sintang Milton Crosby saat launching novel keling kumang di Aula CU Keling Kumang pada Kamis 4 Juni 2015. <br /><br />“Orang Dayak itu pekerja keras tetapi kurang cerdas. Maka kita harus mendalami makna cerita rakyat dalam hal bekerja. Dalam cerita dalam keling kumang, ada yang menceritakan mereka membuat lumbung, memelihara babi dan ayam. Maknanya adalah sejak jaman dulu orang Dayak sudah mulai menabung. Dan untuk menjadi orang sukses memang harus menabung” jelas Milton Crosby. <br /><br />“Ke depanya saya berharap ada orang yang bisa menulis cerita tentang tampun juah karena menurut cerita tampun juah juga sarat makna. Harapan saya cerita seperti ini bisa diajarkan di sekolah dalam bentuk muatan lokal” tambah Milton Crosby.<br /><br />CEO CU Keling Kumang Yohanes RJ menyampaikan bahwa sesat di hutan belantara boleh saja, tetapi sesat di adat basa jangan sampai. “Itulah salah satu pesan moral yang ada dalam novel keling kumang. Misi, nilai dan pesan yang ada dalam cerita keling kumang harus kita laksanakan. Salah satu kelemahan kita adalah tidak mengangkat nilai dan pesan moral yang ada dalam cerita nenek moyang kita dahulu. Masih ada banyak cerita di kabupaten sintang yang layak diangkat dalam sebuah buku karena memiliki nilai dan pesan moral” jelas Yohanes RJ. <br /><br />Ketua Pengurus CU Keling Kumang Mikael menyampaikan bahwa CU Keling Kumang sudah mampu mencatatkan sejarah karena sudah mampu berjuang memuat cerita lisan tentang Keling Kumang dalam sebuah buku.<br /><br />“Saya wajibkan seluruh aktivis CU Keling Kumang untuk melaksanakan nilai dan pesan moral yang ada dalam cerita keling kumang. Lucu kalau novel keling kumang ini kita yang menggagas dan sesuai dengan nama CU kita tetapi pesanya tidak kita laksanakan” tegas Mikael.<br /><br />Ketua Yayasan Keling Kumang Stepanus Masiun yang juga Direktur Ruai Televisi menyampaikan bahwa novel ini merupakan sebuah karya sastra tentang keling dan kumang yang terus hidup hingga saat ini.<br /><br />“Cerita keling kumang begitu populer di kalangan rumpun ibanik dengan menceritakan setiap malam jaman dahulu. Pelan-pelan cerita ini sudah jarang dituturkan, sehingga kehadiran novel ini sangat penting untuk menghidupkan kisah yang sarat makna. Cara R. Masri Sareb Putra menuturkan dan menuliskan cerita keling kumang sangat menarik dan mudah dipahami” terang Stefanus Masiun. <br /><br />MS Gumelar Direktur  Penerbit Essence Jakarta menyampaikan komitmennya untuk membantu kemajuan Suku Dayak. “Focus Local To Global merupakan cara pandang kami untuk mengangkat cerita lokal. Kami akan terus mengangkat cerita dan budaya Dayak. Teruslah mengangkat cerita dan dongeng Dayak supaya cerita Dayak bisa menjadi jendela dunia” ajak MS Gumelar. (KN)</p>