PT Chevron Pasific Indonesia (CPI) menginvestasikan sekira 160 juta dolar Amerika Serikat (AS) dalam uji penggunaan teknologi surfaktan untuk mengeksploitasi minyak. <p style="text-align: justify;">"Jika uji coba ini berhasil dan dilaksanakan di seluruh lapangan Minas, maka investasi akan jauh lebih besar lagi. Semuanya memang tergantung hasil uji coba tahap kedua ini," kata Tiva Permata, Manager Komunikasi PT Chevron Pacific Indonesia, di Pekanbaru, Minggu.<br /><br />Hal itu disampaikannya terkait untuk meningkatkan perolehan minyaknya dari lapangan Minas yang semakin menua, PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) menguji penggunaan zat surfaktan sebagai bagian dari teknologi meningkatkan kembali produk minyak (Enhanced Oil Recovery/EOR) tahap ketiga.<br /><br />Menurut Tiva, hingga saat ini, lapangan Minas menggunakan teknologi injeksi air yang merupakan EOR tahap kedua.<br /><br />"Dalam proyek ini, Chevron mengujicobakan penggunaan zat surfaktan dan polimer," katanya.<br /><br />Ia menjelaskan, bahwa surfaktan adalah zat kimia yang bila dicampur dengan air akan mengurangi tegangan antar-muka air dan minyak dan meningkatkan kelarutan minyak dalam air. <br /><br />Bila digunakan dengan komposisi yang tepat, menurut dia, surfaktan akan dapat melarutkan minyak yang tidak bisa diproduksikan dengan metode injeksi air.<br /><br />Sedangkan, ia mengemukakan, polimer adalah bahan yang berasal dari turunan minyak yang memiliki kekentalan tinggi, yang berfungsi untuk menutup daerah yang memiliki permeabilitas tinggi atau mudah dilewati air. <br /><br />"Dengan demikian, air akan mengalir ke arah yang ditentukan dan mendorong minyak yang tersisa di daerah tersebut," katanya.<br /><br />Chevron menggunakan tekhnologi ini, terkait lapangan Minas adalah lapangan yang sudah tua dan berproduksi sejak tahun 1952. <br /><br />Dengan teknologi yang digunakan sampai saat ini, lapangan Minas sudah memproduksi lebih dari 50 persen minyak yang dikandungnya. Meskipun masih ada sekitar 50 persen lagi yang masih berpotensi untuk diproduksikan, ia mengemukakan, minyak yang tersisa berada di daerah yang sulit dijangkau oleh air atau lengket pada pori-pori batuan.<br /><br />Ia mengatakan, teknologi surfektan yang dikombinasikan dengan polimer diprediksi dapat membantu meningkatkan perolehan minyak ini. Dengan teknologi injeksi air yang digunakan saat ini, produksi minyak diperkirakan hanya akan dapat bertambah hingga 4 persen lagi, sedangkan teknologi surfaktan polimer diperkirakan meningkatkan produksi hingga sekitar 15 persen lagi.<br /><br />Tiva menjelaskan, dalam suatu proyek biasanya melalui sejumlah tahap, seperti studi kelayakan yang mencakup evaluasi potensi dan studi jenis surfaktan dan polimer yang akan digunakan. <br /><br />Studi laboratorium sudah dimulai sejak tahun 1996 atau sudah lebih dari 15 tahun lalu. Studi ini dilaksanakan baik di laboratorium Chevron sendiri maupun di Lemigas, Jakarta, yang ditunjuk pemerintah sebagai pembanding. <br /><br />"Setelah itu, proses dilanjutkan dengan studi konstruksi atau front end enginineering design, konstruksi dan produksi yang artinya mulai masuk ke tahap operasional," katanya.<br /><br />Saat ini Chevron sudah menyelesaikan tahap konstruksi dan terus memastikan kesiapan operasi fasilitas sebelum uji coba injeksi surfaktan dalam waktu dekat ini. <br /><br />Maka, ia menyatakan, proyek surfaktan ini dikembangkan secara bertahap, karena hal ini merupakan hal yang baru, baik dari sisi teknologi maupun dari sisi operasi. <br /><br />Hasil uji coba ini diharapkan bisa diketahui hasilnya enam bulan setelah injeksi. Apabila berhasil, ia menilai, teknologi ini secara bertahap akan diterapkan ke seluruh lapangan Minas. Hal itu diperkirakan akan memerlukan waktu antara 10 tahun hingga 15 tahun.<br /><br />Sedangkan, menurut dia, penambahan produksi yang bisa diproyeksikan dari teknologi ini, adalah apabila uji coba berhasil, produksi awal dari proyek ini diperkirakan sekitar 35 ribu barrel. <br /><br />"Dalam tahap ini, proyek tersebut masih banyak mengumpulkan data. Apabila kemudian dikembangkan ke seluruh lapangan Minas, potensi produksi yang didapat diperkirakan mencapai kira-kira 840 juta barel," katanya. <br /><br />Dilihat dari jumlah sumur dan penggunaan surfaktan dan polimernya, menurut dia, proyek itu memang proyek EOR kimia terbesar di Indonesia, dan juga salah satu proyek surfaktan terbesar yang dimiliki Chevron di dunia.<br /><br />Namun demikian, Chevron menggunakan proses manajemen proyek yang sangat detil guna memperkecil risiko.<br /><br />"Proses ini dibuat untuk memastikan keselamatan, efektivitas and efisiensi proyek dengan cara meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan eksekusi proyek," katanya menambahkan. <strong>(das/ant)</strong></p>