Gawai Dayak yang merupakan hari bersyukur pada pergantian siklus tahun masa perladangan, biasanya dilaksanakan dengan menggabungkan berbagai hajat warga. <p style="text-align: justify;">Gawai di tahun 2013 ini, di Desa Paoh Benua dimulai pada tanggal. 20 Mei, juga sekaligus diramaikan dengan acara-acara warga yang melaksanakan Gawai Ngemaik Mandi dan Gawai Ngansah Gigi. Dan puncaknya, adalah acara ritual Ngumpan Empaguk atau memberi sesajen Patung, yang digelar pada hari Selasa (21/05/2013).<br /><br />Turut hadir dalam acara ini, Wakil Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Sintang, Arbudin yang juga Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sintang; Uspik Sepauk yang terdiri dari Camat Sepauk, Agrianus yang juga Sekretaris DAD Sintang, Danramil Sepauk Kapten (Inf) Edy Firmansyah, dan Bintara yang mewakili Kapolsek Sepauk. Hadir juga Ketua DAD Kecamatan Sepauk, Yusuf Said, para Kepala Desa tetangga serta para Guru dari sejumlah SDN.<br /><br />Menurut Ketua Panitia, Nohardinus dan Kepala Desa Paoh Benua, Suwandi, seluruh biaya untuk acara ritual ini dipikul bersama oleh warga. Seluruh persiapan dan penyelenggaraannya pun, dilakukan secara gotong royong. Sementara menurut Pemangku Adat setempat, Gumi yang juga Temenggung Wilayah III Kecamatan Sepauk, ritual Ngumpan Empaguk ini dapat dilakukan bersamaan pada saat pembukaan hari Gawai, dapat juga dilaksanakan pada masa Gawai dapat juga setelah hari Gawai. Acara ini, juga dapat dijadikan sarana untuk menyampaikan petuah dan sarana untuk memotivasi para anak muda.<br /><br />Dikatakan Gumi, bahwa jika dimasa lalu Gawai di Paoh Benua dilakukan berhari-hari saat sekarang cukup sehari saja. Dengan begitu, warga tidak banyak kehilangan waktu hanya untuk berpesta. Terkait acara ini, Gumi mengajak untuk memaknainya sebagai kebangkitan terus-menerus perekonomian warga Paoh Benua dan sekitarnya. Gumi juga mengisahkan bahwa Empaguk ini pernah 2 kali dicuri, Empaguk yang ada sekarang ini sudah beberapa tahun masih bertahan.<br /><br />Menurut Agrianus, ritual adat Dayak sangat lengkap mulai dari hari kehiran hingga saat kematian. Dalam budaya Dayak juga banyak sekali norma-norma yang disebut Mali, yang merupakan tata-tertib dalam menjalani hidup. Terkait acara ini, menurutnya cara bersyukur masyarakat dengan Ngumpan Empaguk ini telah menghadirkan nuansa tersendiri. Masih banyak hal yang harus disepakati dalam menjalankan norma-norma adat. Oleh sebab itu, Kecamatan Sepauk akan mendukung segera digelarnya Musyawarah Adat dalam waktu dekat ini, ucapnya.<br /><br />Agrianus juga menghimbau, agar para Pemangku Adat dapat peduli dan turut mewaspadai terhadap perkembangan saat ini. Khususnya, turut mewaspadai merebaknya peredaran Narkoba dan penyebaran penyakit HIV/AID. Karena kedua hal tersebut dapat mengancam kelangsungan hidup generasi penerus, pungkas Agrianus. <strong>(das/Luc)</strong></p>