Dayak Meratus Alih Profesi Menjadi Pencari Rotan

oleh
oleh

Anjloknya harga karet saat ini membuat masyarakat adat Dayak Meratus di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan yang mayoritas sebagai petani karet beralih profesi menjadi pencari rotan. <p style="text-align: justify;">Seorang warga Dayak Meratus Balai Kiyu di Hinas Kiri, Kecamatan Batang Alai Timur, sekitar 55 kilometer dari Barabai, ibu kota Kabupaten HST, Rusmin, Rabu, mengatakan menjadi pencari rotan lebih menjanjikan dibandingkan profesi lain.<br /><br />"Saat ini sudah selesai masa panen padi sedangkan karet harganya sangat murah sehingga menjadi pencari rotan merupakan alternatif paling menjanjikan," katanya.<br /><br />Profesi lainnya seperti mencari damar cukup sulit dilakukan mengingat ketersediaannya yang mulai sulit di cari dan pangsa pasar untuk itu juga tidak menjanjikan.<br /><br />Seperti juga halnya madu, saat ini belum lagi memasuki masa panen sehingga pekerjaan itu belum bisa dilakukan.<br /><br />Menurutnya, rotan yang di dapat dari mencari di kawasan hutan pegunungan Meratus memiliki kualitas yang bagus meskipun harganya tidak terlalu mahal.<br /><br />"Satu kilogram rotan di tingkat petani hanya dihargai Rp2.500 dan oleh pengumpul di jual lagi ke Kota Barabai seharga Rp4 ribu," ujarnya.<br /><br />Harga karet saat ini di HST untuk jenis lump (karet mentah) berkisar antara Rp4 ribu hingga Rp5 ribu perkilogram turun dari sebelumnya yang berharga antara Rp13 ribu hingga Rp15 ribu perkilogram.<br /><br />Ia menambahkan, pekerjaan sebagai pencari rotan hanya dapat dilakukan lima tahun sekali.<br /><br />"Rotan hanya dapat di panen lima tahun sekali agar kualitasnya bagus dengan ukuran panjang dan besarnya sesuai kebutuhan pasar," tambahnya.<br /><br />Masyarakat adat Dayak Meratus sangat menghargai alam dan lingkungan sehingga mereka tidak akan mengambil hasil hutan hanya saat musimnya tiba dan bila betul-betul membutuhkan. <strong>(phs/Ant)</strong></p>