Deti, Bocah Perbatasan Yang Perlu Uluran Bantuan

oleh
oleh

Deti, usianya 4 tahun. Dia dilahirkan sebagai anak ke tiga yang hidup buah cinta pasangan Teodorus Setin dengan Sisilia Selami. <p style=&quot;text-align: justify;">Deti di lahirkan di desa Sungai Seria Dusun Mungguk Labu kecamatan Ketungau Hulu. Dari tempat tinggalnya, hanya di perlukan 1 jam berjalan kaki untuk bisa sampai ke salah satu kampung di wilayah negara Malaysia. Deti, bocah perbatasan yang kurang beruntung. Di usia balitanya, ia tak bisa menikmati kesenangan bermain layakanya balita seumuranya. Setahun terakhir ini, Deti lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah, lantaran tumor mata yang menyerang penglihatanya.<br /><br />Derita Deti bermula sejak usianya masih 3 bulan. Menurut sang Ibu, saat itu pupil mata Deti terlihat seperti mata kucing. Keterbatasan fasilitas kesehatan di wilayah perbatasan dan kondisi keuangan keluarga, Deti tidak mendapatkan pemeriksaan lebih detail. Hanya saja ketika dibawa berobat ke petugas kesehatan yang ada di desanya, kelainan di mata Deti sempat d curigai sebagai bisul. <br /><br />Lagi-lagi karena keterbatasan uang, lantaran orang tua Deti hanya menjadi buruh di perkebunan sawit. Tumor yang menyerang mata Deti kian parah. Sampai pada akhirnya pada Januari 2015 berbekal surat keterangan tidak mampu dari desa, Deti dibawa ke RSUD Sudarso di Pontianak. <br /><br />Sayangnya, Deti tidak mendapatkan perawatan yang langsung bisa menyembuhkanya. Petugas kesehatan yang merawat Deti menyarankan agar Deti di bawa ke rumah sakit di luar negeri. Hal yang sangat tidak mungkin bisa dipenuhi oleh orang tua Deti. Akhirnya Deti di bawa kembali pulang ke kampungnya di perbatasan. Juni 2015, biji mata Deti sebelah kanan keluar. <br /><br />Pecahnya kelopak mata menimbulkan rasa gatal dan membuat Deti selalu inggin menggaruknya. Akhirnya orang tua Deti nekad kembali membawa Deti ke RSUD Sintang. Kini Deti sedang di rawat di RSUD Sudarso di Pontianak untuk menunggu di kirim ke RS Dharmais di Jakarta. Sesuai penjelasan dokter yang merawatnya di ruang perawatan anak bangsal A, Hasil CTScan di bagian kepala Deti, tumor telah menyebar ke sejumlah bagian tubuh. Termasuk ke otak dan organ tubuh vital lainnya. <br /><br />Dokter memvonis harapan Deti untuk bisa disembuhkan sanngat minim, hanya sekitar 10 persen saja. <br />Sudin (kakek) dan Sisilia Selami (ibu) Deti nyaris putus asa dengan derita yang menimpa anak Deti. Mereka selalu mendapatkan dukungan dari sejumlah relawan yang membantu dan mendampinginya selama ini. <br /><br />“Mungkin Deti harus dibawa pulang ke kampung kami di Sungai Seria dan itu artinya kami hanya bisa menunggu Tuhan mengambi nyawa cucu saya. Tapi kalau memang ada yang mau membantu dana, Saya Siap membawa cucu saya berobat kemanapun,”ujar Sudin saat dihubungi via ponselnya. <br /><br />Meski tumor Deti telah dinyatakan menyebar ke sejumlah bagian tubuh, namun secara kasat mata kondisi fisik Deti masih terlihat sehat. “Dia masih mau makan. Kalau dia mau buang air besar, dia bilang. Lalu saya bawa dia ke WC dan dia bisa duduk sendiri. Puji Tuhan, Deti anaknya tidak terlalu rewel,”ujar Sisilia Selami, ibu Deti. <br /><br />Kini Deti telah memiliki kartu BPJS, namun ibu dan kakeknya Sudin yang mendampinginya tak memiliki biaya untuk keperluan sehari-hari baik di Pontianak maupun di Jakarta kelak. Selain itu mereka juga memerlukan biaya transportasi untuk terbang ke Jakarta. Paling tidak untuk Deti, Ibu, Kakek dan perawat dari rumah sakit yang harus mendampinginya.<br /><br />Meski di vonis harapan untuk sembuh sangat minim, namun bukan berarti tidak bisa sembuh sama sekali. Setidaknya Deti masih punya harapan untuuk hidup, walau entah sampai berapa lama.<br /><br />“Sebagai manusia yang beragama, kita yakin dengan kekuasan Tuhan. Terlebih ini bulan suci Ramadhan. Bukan tidak mungkin Tuhan akan memberikan mukzizatnya  untuk kesembuhan Deti, jika memang Tuhan berkehendak. Wilayah manusia adalah ikhtiar dan doa, sedangkan sebagai penentu adalah hak prerogatifnya Tuhan. Tidak ada penyakit yang di turunkan Tuhan tanpa di sertai dengan obatnya, asalkan manusia mau berusaha ,”ujar Murjani, salah satu relawan yang mendampingi Deti.<br /><br />Untuk di bawa ke Jakarta, dengan berbagai resiko dan segala kemungkinan, setidaknya Deti memerlukan biaya minimal Rp 30 juta.  Dana itu diperlukan untuk transportasi keberangkatan, kebutuhan sehari-hari di rumah sakit dan antisipasi biaya ke pulangan.  Hingga hari ini, Senin ( 29/6) jumlah donasi yang masuk ke rekening Dompet peduli kemanusiaan Sintang berjumlah Rp 8.300.000.<br /><br />Bantuan pertama telah diberikan oleh sejumlah donatur , termasuk bupati Sintang Milton Crosby dan wakilnya Ignasius Juan. Namun Deti masih mengharapkan uluran tangan dari para donatur lain untuk melanjutkan upaya mencari pengobatan dan kesembuhan.<br /><br />Bagi masyarakat yang berkenan membantu Deti, donasi bisa disalurkan melalui rekening 0304-01-016672-53-2 an. Dompet Simpatik Kemanusiaan di Bank BRI Cabang Sintang. Guna kepentingan transparansi kepada publik, bantuan akan dipublikasikan di sejumlah media lokal yang ada di Sintang.<br /><br />Di bulan yang penuh berkah ini, Bulan suci Ramadhan….setitik bantuan yang kita berikan akan mendapatkan berkah yang luar biasa. Semoga berkah bantuan dari masyarakat tersebut bisa menjadi kekuatan untuk proses penyembuhan Deti si bocah perbatasan. <br /><br />Rincian dana masuk ke rekening Dompet Simpatik Kemanusia <br /><br />Tgl  23/6/15       Rp.     500.000<br />Tgl 24/6/15        Rp.  5.000.000<br />Tgl 28/6/15        Rp.     100.000<br />Tgl 28/6/15        Rp.     500.000<br />Tgl 29/6/15        Rp.     200.000<br />Tgl 29/6/15        Rp.  2.000.000<br /><br />Total                  Rp. 8.300.000 (KN)</p>