Diduga Ada Permainan, Bibit Ayam Pedaging Hanya Terpenuhi 60 Persen

oleh
oleh

Pertumbuan penduduk dan meningkatnya daya beli masyarakat berpengaruh pada peningkatan kebutuhan daging ayam, namun untuk memenuhi kebutuhan itu, peternak ayam di Sintang masih belum mampu lantaran minimnya pasokan bibit. <p style="text-align: justify;">“Sebulan paling tidak Sintang membutuhkan 1400 boks bibit ayam ras, tapi sampai saat ini hanya terpenuhi 60 persen saja,” kata Wiryono, Kepala Bidang Peternakan, Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sintang baru-baru ini.<br /><br />Bibit ayam ras atau yang menurut istilah peternakan disebut Day Old Chicken (DOC) memang tidak diproduksi di Sintang.<br /><br />Kabupaten peraih otonomi award 2010 ini harus bergantung pasokan dari luar, sebutlah Pontianak dan Singkawang yang memiliki sentra pembibitan ayam ras ini.<br /><br />Jika ingin mendapatkan pasokan dari pulau Jawa yang harganya bisa lebih murah, pemerintah setempat bersama peternak ayam ras terhambat aturan dari pemerintah provinsi yang memang melakukan pengawasan ketat terhadap masuknya unggas dari luar Kalbar untuk pencegahan merebaknya serangan virus H5N1.<br /><br />Menjadi dilema ketika kebutuhan daging ayam meningkat, sementara pemerintah daerah bersama peternak kesulitan mendapatkan pasokan bibit.<br /><br />Bisa jadi ada monopoli atau kembali ke makisme pasar mengingat ketika daerah tidak bisa memenuhi kebutuhan daging ayam yang diproduksi sendiri, mau tidak mau harus mendatangkan daging ayam dari luar, disinilah letak celah kemungkinan masuknya daging ayam dari negeri tetangga, Malaysia.<br /><br />“Memang seperti ada permainan dalam pemenuhan kebutuhan bibit ini,” Wiryono menduga.<br /><br />Ia pun pernah mencoba menghubungi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi,  namun selalu dikatakan kalau kebutuhan bibit untuk Sintang sudah cukup berdasarkan informasi yang disampaikan pemasok ke dinas provinsi, jadi dinilai tidak ada masalah dengan pamasok untuk memenuhi kebutuhan Sintang.<br /><br />“Tapi realitas dilapangan sangat kurang, giliran suplier bibit di Pontianak di kontak, mereka tidak bersedia menambah pasokan untuk Sintang,” kesalnya.<br /><br />Ia mengatakan sebenarnya pada 2009 kebutuhan DOC untuk Sintang sudah terpenuhi namun begitu masuk tahun 2010, kebutuhan bibit itu pasokannya semakin berkurang.<br /><br />“Padahal peternak kita mampu untuk memproduksi daging lebih dari yang ada saat ini mengingat kebutuhannya juag tinggi,” kata dia.<br /><br />Ia melihat memang kemudian berlaku mekanisme pasar dimana ketika produksi lokal tidak terpenuhi, maka mau tidak mau dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat, peternak atau penjual daging ayam harus mendatangkan ayam dewasa dari luar.<br /><br />“Padahal kita mampu produksi sendiri, selain itu kondisi ini pula memungkinkan masuknya daging ayam ilegal dari Malaysia karena kebutuhan daging ayam tinggi,” ucapnya.<br /><br />Ia pun sudah berupaya menyampaikan ke provinsi bagaimana kalau peternak yang ada di Sintang bisa membeli langsung DOC dari Pulau Jawa, disamping harganya murah juga berapapun yang dibutuhkan Sintang bisa terpenuhi.<br /><br />“Meskipun kita sampaikan pengiriman harus dikawal ketat dan harus melalui proses karantina, tetap saja tidak boleh,” jelasnya.<br /><br />Ia sangat berharap kedepannya pemerintah bisa melonggarkan aturan soal pasokan DOC untuk daerah dan kalau memang diarahkan pada perusahaan pemasok bibit ayam yang ada di Kalbar diharapkan perusahaan itu benar-benar mampu memenuhi kebutuhan bibit untuk kabupaten.<br /><br />“Kami yakin peternak Sintang bisa memenuhi kebutuhan daging ayam sepanjang DOC yang diperlukan bisa terpenuhi,” kata dia. <strong>(phs)</strong></p>