Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan terhadap bahan makanan yang mengandung zat berbahaya, tidak terkecuali beras sintetis berbungkus plastik. <p style="text-align: justify;">"Dari temuan di daerah lain, keluhan akibat beras plastik ini menyebabkan gangguan pencernaan dan iritasi karena plastik sulit dicerna. Makanya harus diwaspadai," kata Kepala Dinas Kesehatan Kotim, dr Faisal Novendra Cahyanto di Sampit, Selasa.<br /><br />Belum lama ini, Dinas Kesehatan bersama instansi lain melakukan pemeriksaan bahan makanan dan jajanan di sejumlah sekolah dan pasar di Kotim. Pemeriksaan ini merupakan program rutin dalam pengawasan keamanan bahan pangan.<br /><br />Sejumlah jajanan di beberapa sekolah yang diambil sampelnya, ditemukan mengandung zat berbahaya seperti formalin, boraks dan rhodamin B. Sedangkan untuk beras sintetis atau beras plastik, belum ada ditemukan beredar di Kotim.<br /><br />Ditemukannya beras sintetis mengandung plastik di beberapa daerah di Indonesia, memang juga menjadi perhatian masyarakat Kotim. Pasalnya, sebagian beras di daerah ini didatangkan dari luar daerah karena produksi beras lokal belum mampu memenuhi kebutuhan.<br /><br />"Beras kita ini kan sebagian didatangkan dari Jawa, jadi wajar kalau kita waspada karena di sana sudah ada ditemukan beras plastik. Saya berharap pemerintah mengawasi secara ketat agar beras plastik tidak sampai masuk ke Kotim karena dampaknya membahayakan masyarakat," kata Dina, salah seorang warga.<br /><br />Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pengelola Pasar Kotim, Mudjiono mengatakan, kecil kemungkinan masuknya beras sintetis berbungkus plastik ke daerah ini.<br /><br />"Kami bersama Dinas Kesehatan sudah turun ke lapangan. Dari gudang distributor yang kami periksa, sampai saat ini belum ditemukan adanya beras sintetis masuk ke daerah kita," katanya.<br /><br />Tim Disperindagsar dan Dinas Kesehatan mendatangi sejumlah distributor dan memeriksa isi gudang mereka. Hasil pemantauan, beras yang ada saat ini merupakan stok orderan lama dan dipastikan tidak ada beras sintetis.<br /><br />"Kalau melihat kondisi di lapangan, kecil kemungkinan beras sintetis masuk ke Kotim. Tapi kami tentu tetap waspada. Kami sudah meminta kepada distributor untuk memberi tahu kami kalau mereka mendatangkan beras dari luar daerah. Jadi nanti kami bisa ikut memeriksa sebelum mereka jual ke masyarakat," kata Mudjiono.<br /><br />Selain berisiko rugi besar jika menjual beras sintetis, para distributor juga tidak ingin mengorbankan masyarakat di kampung halaman mereka sendiri hanya karena ingin mencari untung dengan cara yang tidak benar. (das/ant)</p>