Dinkes Barito Utara Ajak Warga Cegah DBD

oleh
oleh

Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah mengajak warga setempat menjaga kebersihan lingkungan dalam menghadapi perubahan iklim atau masa pancaroba yang dapat berdampak pada penyakit virus Demam Berdarah Dengue (DBD). <p style="text-align: justify;"><br />"Kami tetap berupaya mencegah DBD ini, selain langkah-langkah dilakukan petugas juga diharapkan partisipasi masyarakat menjaga kebersihan lingkungan masing-masing," kata Kepala Dinas Kesehatan Barito Utara Robansyah, di Muara Teweh, Kamis.<br /><br />Menurut Robansyah, pihaknya saat ini juga telah melakukan pengasapan disertai penyuluhan kepada masyarakat atau "fogging focus" guna mengantisipasi berjangkitnya virus Demam Berdarah Dengue di daerah setempat.<br /><br />Pengasapan fokus ini dilakukan untuk mengantisipasi bertambahnya penderita demam berdarah di daerah ini menyusul datangnya perpindahan musim kemarau ke musim hujan.<br /><br />"Fokus pengasapan ini dilakukan hanya sehari di kawasan tertentu di mana ditemukan kasus demam berdarah di dalam Kota Muara Teweh," katanya.<br /><br />Robansyah mengatakan penderita DBD selama bulan November 2015 ini baru ada dua kasus yakni dua anak-anak di Muara Teweh yang telah mendapat perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah setempat.<br /><br />Pihaknya juga melakukan antisipasi terjangkitnya penyakit yang disebabkan nyamuk Aedes Aegypti melalui sosialisasi kebersihan lingkungan dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) menghadapi perubahan iklim yang berdampak pada perilaku penyakit menular serta pemberian bubuk abate.<br /><br />Selain pengasapan untuk mengantisipasi meluasnya DBD, kegiatan ini juga dilakukan untuk memberantas penyakit Chikungunya (demam dan linu di persendian).<br /><br />"Jadi kegiatan ini dengan sasaran penyakit DBD dan Chikungunya," jelasnya.<br /><br />Jumlah penderita DBD periode Januari sampai 12 November 2015 mencapai 46 kasus, namun tidak ada korban jiwa dan tiga orang sempat dirujuk ke rumah sakit di Banjarmasin, Kalimantan Selatan pada Oktober 2015.<br /><br />Tahun 2014 ada 50 kasus juga tidak ada korban jiwa, tahun 2013 sebanyak 15 kasus, tahun 2012 hanya satu orang, tahun 2011 lima orang sedangkan 2010 sebanyak 19 orang dan 2009 hanya 17 kasus di antaranya satu anak meninggal dunia.<br /><br />Angka penderita turun dibanding tahun 2008 yang pada periode Januari-April sudah mencapai 47 kasus, di antaranya seorang meninggal dunia, sehingga pemerintah daerah saat itu menetapkan kejadian luar biasa (KLB), kata Robansyah.(das/ant)</p>