Anggota DPRD Kalimantan Selatan menyarankan perubahan kurikulum sekolah dasar (SD), sekolah menengah tingkat pertama (SMP) hingga menengah atas (SMA), agar diterapkan secara bertahap. <p style="text-align: justify;">"Penerapannya perlu bertahap, agar guru dan anak didik tidak kaget," kata anggota Komisi IV (Bidang Kesra) DPRD Kalsel, Maitri Puspa Koesasih, di Banjarmasin, Rabu.<br /><br />Selain itu, lanjut "Srikandi" Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut, penerapan secara bertahap terhadap rencana perubahan kurikulum tersebut, guna menghilangkan kesan bahwa anak didik sebagai "kelinci percobaan".<br /><br />"Karena perubahan tersebut jelas akan membuat kaget anak didik dan guru, terutama di Kalsel, sebab mata pelajaran dipangkas kan bukan hal biasa," tuturnya.<br /><br />Kendala lain, menurut wakil rakyat yang pernah berprofesi sebagai pendidik itu, bidang studi keahlian guru juga masih membingungkan, karena ada mata pelajaran yang digabung.<br /><br />Sebagai contoh, jika seorang guru mempunyai keahlian di bidang studi tertentu, tentu harus menyesuaikan diri lagi jika mata pelajarannya digabung.<br /><br />"Kebetulan saya selain menjadi anggota dewan, juga berpengalaman menjadi seorang guru di sekolah. Menurut saya sulit menyesuaikan jika mata pelajaran digabung," demikian Maitri.<br /><br />Rencana perubahan kurikulum nasional untuk SD, sebelumnya 10 mata pelajaran dipadatkan menjadi enam, dan SMP dari 12 diringkas menjadi 10 mata pelajaran.<br /><br />Pada kurikulum baru (2013), pendekatan belajar mengajar akan menggunakan metode tematik integratif, karenanya proses belajar mengajar akan lebih ditekankan pada obsevasi (pengamatan), nalar (analisis), dan kemampuan berkomunikasi (presentasi).<br /><br />Hingga kini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sedang melakukan serangkaian uji publik ke beberapa provinsi yang berakhir pada 23 Desember mendatang.<strong> (phs/Ant)</strong></p>